Ahad 07 Sep 2014 17:58 WIB

Sawah Terancam Kekeringan, Petani Terpaksa Panen Dini

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Maman Sudiaman
Sawah Kering (ilustrasi)
Foto: bharatanews
Sawah Kering (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU –- Minimnya debit air di sungai-sungai membuat tanaman padi terancam mengalami puso (gagal panen). Menghindari masalah ini, sebagian petani terpaksa  memilih panen dini. Adapula petani yang harus merogoh kocek lebih dalam untuk menyedot air demi menyelamatkan tanaman padinya.

 

Panen dini itu seperti yang dilakukan sejumlah petani di Desa Kalianyar, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu. Tanaman padi yang baru berumur 90 hari terpaksa sudah dipanen karena tidak ada lagi harapan para petani untuk mendapatkan air.

 

‘’Biasanya tanaman padi dipanen pada umur 110 hari,’’ ujar seorang peani setempat, Kardisa, Ahad (7/9).

 

Kardisa mengatakan, panen dini terpaksa dilakukan karena tanaman padi sudah terancam mati. Tanah sawah yang seharusnya mendapatkan air dengan cukup, sudah mengeras dan retak-retak karena kurang mendapat pasokan air dalam sebulan terakhir.

 

Kardisa mengakui, panen dini membuat produksi padi menjadi menurun. Dalam kondisi normal, panen bisa menghasilkan gabah sekitar tujuh ton per hektare. Namun saat ini, gabah yang dihasilkan hanya sekitar tiga ton per hektare.

 

Berdasarkan pantauan Republika, panen dini juga dilakukan para petani di sejumlah kecamatan lain di Kabupaten Indramayu. Di antaranya Kecamatan Balongan, Juntinyuat dan Karangampel.

 

Sejumlah petani di beberapa kecamatan itu terpaksa memanen tanaman padinya meski belum saatnya panen. Akibatnya, bulir tanaman padi masih banyak yang kosong. Selain itu, tak sedikit pula tanaman padi yang masih berwarna hijau. Para petani pun terpaksa harus memilah tanaman padi yang benar-benar bisa dipanen.

 

‘’Kalau menunggu sampai waktu panen, tanaman padi saya ini bisa mati kekeringan,’’ ujar seorang petani asal Kecamatan Juntinyuat, Rasnadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement