REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG-- Balai Arkeologi Yogyakarta kembali melakukan penggalian untuk menemukan salah satu sudut 'bastion', yakni pojok bangunan berbentuk mata panah bagian dari benteng Kota Lama Semarang.
Penggalian untuk menemukan benteng Kota Lama itu dilakukan di lahan yang berada di belakang Kantor Perum Damri Semarang, dimulai Jumat ini, ditangani oleh tim arkeolog yang beranggotakan sembilan peneliti.
Ketua Tim Penelitian Benteng Kota Lama Semarang, Novida Abbas menjelaskan penelitian dan penggalian untuk mencari benteng Kota Lama Semarang sebenarnya sudah dimulai sejak 2009 di tempat yang sama.
Pada 2009 lalu, kata dia, pihaknya berhasil menemukan bangunan menyerupai tembok besar yang diyakini sebagai dinding benteng, kemudian pada penggalian tahun 2013 lalu menemukan salah satu sudut 'bastion'.
Dari penggalian sebelumnya, ia mengatakan tim arkeolog menemukan bekas bangunan semacam tembok memanjang bersudut dengan lebar 60 centimeter, tinggi 60 cm, dan diperkuat fondasi dengan lebar sekitar 1,5 meter.
"Dari peta Kota Semarang tahun 1756 memperlihatkan gambar benteng dengan enam 'bastion' (pojok) mengelilingi Kota Lama. Lima 'bastion' besar berbentuk mata panah, sementara satu 'bastion' lebih kecil," katanya.
Ia menyebutkan enam 'bastion' itu, yakni Bastion De Smith, Bastion De Zee, Bastion Ijzer, Bastion Hersteller, dan Bastion Amsterdam yang berbentuk mata panah, dan Bastion Ceylon yang berukuran lebih kecil.
"'Bastion' kan memiliki beberapa sudut. Pada penggalian tahun lalu, kami sudah menemukan satu sudut, tahun ini mencari satu sudut lagi. Kalau dua sudut ketemu, bisa dipastikan itu benteng Kota Lama," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, penggalian tahun ini sangat menentukan untuk memastikan keberadaan benteng Kota Lama meski hanya bisa menemukan satu dari enam "bastion" yang menjadi bagian benteng zaman Belanda itu.
"Penentuan lokasi penggalian dari hasil 'overlay' (tumpang susun) peta kuno tahun 1756 dengan foto hasil pencitraan udara. Yang kami gali ini (lahan belakang Perum Damri) adalah titik Bastion De Smith," katanya.
Novida mengakui sebenarnya titik-titik yang diperkirakan letak enam 'bastion' sudah ditemukan, tetapi yang memungkinkan untuk digali hanya satu bastion, yakni De Smith karena masih berupa lahan kosong terbuka.
"Untuk titik-titik 'bastion' yang lain tidak memungkinkan untuk digali karena sudah ada bangunannya. Antara lain bangunan gudang, terminal angkutan kota, Taman Bubakan, dan perkantoran," katanya.
Penggalian arkeologi yang dilakukan di lahan milik Perum Damri Semarang dan Perusahaan Gas Negara itu rencananya akan dilakukan sampai 13 September 2014 dengan kedalaman galian maksimal sekitar 2,5 meter.