REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -– Kemarau yang melanda wilayah Jawa tengah mengakibatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) milik PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit (UPB) Mrica, tidak dapat berfungsi optimal. Hal ini disebabkan pasokan air ke waduk turun drastis, sehingga tidak dapat untuk menggerakkan turbin seperti hari normal.
''Akibat pasokan air ke waduk turun, maka elevasi air waduk juga turun. Bahkan penurunan elevasinya sampai hingga 2 meter, dari ketinggian elevasi optimal 230 meter menjadi 228 meter,'' kata Engineering Manager PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit (UPB) Mrica, Encep Supratma, saat menerima kunjungan Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno, Kamis (4/9).
Encep menyebutkan, waduk Mrica saat ini hanya bisa memutar dua turbin dengan daya listrik 90 MW. Padahal waduk Mrica sebenarnya memiliki tiga turbin, dan saat kondisi air maksimal mampu menghasilkan daya listrik sebesar 180 MW. ''Itu pun hanya bisa dilakukan selama dua jam pada saat beban puncak antara pukul 18.00 WIB–20.00 WIB'' katanya.
Bahkan pengoperasian turbin pembangkit tersebut, juga tergantung permintaan Unit Pengatur Beban (UPB) Area III yang berada di Ungaran. ''Jadi selama tidak ada permintaan, posisi kami hanya /stand by,'' lanjutnya.
Namun dia menyebutkan, Waduk Mrica juga diprioritaskan untuk mengairi saluran irigasi persawahan dan pembangkit mikrohidro yang ada di sekitarnya. Menurutnya, ada seluas 8.000 hektar sawah di sekitar waduk dan pembangkit mikrohidro, yang tergantung pada aliran air waduk.