Kamis 28 Aug 2014 20:50 WIB

Penari Adat Atraksi Obor, Tubuh Menag 'Dibakar'

Rep: c78/ Red: Asep K Nur Zaman
Penari Pepe-Pepeka ri Makka (ilustrasi)
Foto: antara
Penari Pepe-Pepeka ri Makka (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR-- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tampak "pasrah" digiring ke depan panggung dalam acara penutupan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Nasional 2014 pada Kamis (28/8) malam. Dengan tangan terentang ke samping, dia dikelilingi dua gadis penari berpakaian adat khas Makassar, Sulawesi Selatan.

Para penari itu membawa obor dengan api yang menyala-nyala dan didekatkan ke seluruh tubuh Menag, seakan membakarnya dalam beberapa menit. Terucap kata-kata ''pepe-pepeka ri makka lenterayya ri Madina, yAllah Paroba Sai Na Takakbere dunia" dari para penari. Konon, ini semacam ''mantera'' agar api tak membakar tubuh.

Wajah Menag tampak sedikit tegang sambil berusaha tersenyum, sementara para hadirin tertawa, ngeri, dan ada yang bertepuk tangan. Beruntung, sama sekali api tak membakar secuil pun kulit dan pakaiannya. Aksi "bakar-membakar" pun usai, Menag kembali duduk disambut tepuk tangan ribuan hadirin. 

Atraksi menegangkan itu merupakan rangkaian dari tarian khas Makassar, tepatnya dari Kesultanan Gowa-Tallo'. Nama tariannya Pepe-Pepeka ri Makka. Persinya, berasal dari desa yang terletak di tengah-tengah Kota Makassar bernama Palopo. 

Dalam sejarahnya, Makka, merupakan kesenian tradisional yang terinspirasi dari kisah Nabi Ibrahim Alaihi Salam yang dibakar oleh Raja Namrud. Namun atas kuasa Allah SWT, api yang membakar tubuh Nabi Ibrahim AS menjadi dingin sehingga sang Nabi tak terbakar.

Tarian Pepe-Pepeka ri Makka pun seakan menjadi jamuan istimewa dalam menyambut tamu-tamu besar. dan, menjadikan pejabat pemerintah sebagai "objek penderita", acap dilakukan. Untuk setingkat menteri, pernah juga dialami misalnya oleh Mensos Salim Segaf dan Menko Perekonomian Chairul Tanjung. 

Tarian ini muncul seiring dijadikannya Islam sebagai agama resmi Kerajaan Gowa-Tallo pada 1605-1607 Masehi. Selain sebagai hiburan rakyat, tarian ini juga dikenal sebagai alat pendukung Islamisasi yang dilakukan oleh Kesultanan Gowa-Tallo pada abad ke-17. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement