Kamis 28 Aug 2014 22:34 WIB

Angkot BBG Solusi Kesulitan BBM

Angkutan BBG
Foto: Republika/PRayogi
Angkutan BBG

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Organisasi angkutan darat (Organda) Kota Bogor, Jawa Barat, mendesak pengoperasian angkutan kota berbahan bakar gas segera diaktifkan kembali sebagai salah satu solusi alternatif menghadapi kenaikan maupun pembatasan subsidi BBM.

"Kita mendesak Pemerintah Kota Bogor dalam hal ini DLLAJ untuk segera mengaktifkan kembali angkot BBG. Ada 1.001 angkot yang sudah dipasang converter kit dapat dioperasionalkan lagi," kata Ketua Organda Kota Bogor, Moch Ischak kepada Antara di Bogor, Kamis (28/8).

Ischak menyebutkan, mengaktifkan kembali angkot BBG (bahan bakar gas) merupakan salah satu upaya yang dilakukan pihaknya dalam mengatasi situasi pembatasan BBM (bahan bakar minyak) bersubsidi. Menurut dia, menghidupkan kembali program BBG sudah sangat mendesak, apabila terjadi kenaikan BBM atau pembatasan, maka sopir angkutan maupun pengusaha transportasi memiliki bahan bakar alternatif untuk tetap beroperasi.

"Kami lihat upaya mengoperasikan kembali angkot BBG sudah mulai dijalankan, terhitung sejak awal Agustus ada pemasangan 50 converter kit untuk sejumlah angkot," kata Ischak.

Pengoperasian angkot BBG ini juga didukung dengan telah tersedianya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) oleh PGN di Jalan MH Salmun. "Kalau dulu program BBG ini tidak berjalan karena belum ada SPBG nya, sekarang sudah ada jadi bisa dioperasikan lagi," kata Ischak.

Lebih lanjut Wakil Sekretaris Organda Yadi Indra Mulyana menjelaskan, sejak 14 Agustus 2014, telah dilakukan uji coba penggunaan BBG kepada lima angkutan di wilayah yang melintas di sekitar SPGB MH Salmun. Angkot tersebut terdiri dari Trayek 01 (Cipinang Gading-Merdeka), trayek 10 (Bantar Kemang-Merdeka), trayek 12 (Cimanggu-Ps Anyar) dan trayek 15 (Sindangbarang jerok-Merdeka).

"Tahap awal kita fokuskan kepada angkot yang berada di rute sekitar SPGB ini untuk lebih memudahkan melakukan pengisian bahan bakar," kata Yadi. Dari tahap uji coba tersebut, lanjut Yadi, terbukti penggunaan BBG bisa dilakukan dan lebih murah dari segi harga dibanding BBM.

Angkot yang sudah dipasang converter kit BBG dengan kapasitas 6 LSP (liter skala premium) harga per liter Rp3.100,-. Untuk kapasitas 6 LSP angkot bisa menarik sebanyak dua RIT setengah. "Jadi ini cukup hemat sekali, dengan 6 LSP bisa menarik dua RIT setengah atau setengah hari. Karena kapasitas tabung cukup kecil jadi angkot harus mengisi BBG empat kali dalam satu hari," kata Yadi.

Ia menambahkan rencananya sisa 45 tabung yang baru dibagikan oleh PGN akan segera dipasangkan untuk angkot yang melintas di sekitar MH Salmun, dengan syarat angkot keluaran tahun diatas 2005. "Rencananya, 1.001 angkot yang sudah terpasang converter kit pada 2009 akan diaktifkan kembali secara bertahap. Diiringi dengan pembangunan SPBG di sejumlah titik yang diusulkan yakni Sukasari dan Bubulak," kata Yadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement