Rabu 27 Aug 2014 20:30 WIB

'Jurnalis Harus Hadir di Zona Konflik'

Rep: Muhammad Akbar Wijaya / Red: Djibril Muhammad
Jurnalis James Foley.
Foto: Ksat.com
Jurnalis James Foley.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Media massa tidak boleh sembarangan dalam menyajikan berita konflik. Media massa harus memahami situasi yang terjadi dengan mengirimkan para jurnalis ke wilayah konflik.

"Ketiadaan akses ke wilayah konflik akan menimbulkan bias dalam informasi yang disampaikan media," kata Ketua Forum Global Pengembangan Media, Leon Willems dalam diskusi 'Global Media Forum', di Nusa Dua Bali, Rabu (27/8).

Sayangnya, kata Leon, belakangan ini akses media meliput ke zona konflik semakin sulit. Ini terutama di wilayah konflik Timur Tengah seperti Suriah dan Irak. Padahal, lanjut Leon, kehadiran media di zona konflik sangat penting guna menghindari bias persepsi.

"Kurangnya akses telah menghasilkan peningkatan bias dalam konflik jurnalisme, wartawan tidak bisa hadir di jantung konflik," ujar Willems

Willems menyarankan agar jurnalis peliput konflik membangun relasi dengan jurnalis lokal untuk membangun persepsi yang utuh. Sebab menurutnya para jurnalis lokal memiliki pengalaman langsung atas situasi yang terjadi.

"Membangun jaringan dengan wartawan lokal adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam konflik yang simpang-siur," katanya.

Sementara itu Mantan Ketua Aliansi Jurnalis Asia Tenggara, Kavi Chongkittavorn mengatakan media semakin sering gagal menjadi juru damai lantaran berkurangnya jurnalis yang melaporkan konflik.

Kebanyakan jurnalis hanya memanfaatkan informasi dari apa yang mereka baca dan tanpa berupaya menguji dan membandingkan kebenarannya. "Itu adalah masalah ketika Anda melaporkan konflik tanpa melihat konteks yang lebih luas," katanya.

Kavi menambahkan, ada kalanya para jurnalis perlu mengambil waktu untuk merenungkan berbagai informasi tentang konflik yang mereka dapatkan. Hal ini agar mereka tidak terjebak pada propaganda dan bisa proporsional dalam menyampaikan informasi kepada pembaca.

"Jurnalis perlu waktu untuk merenungkan tulisan-tulisan mereka. Wartawan harus baik dan tidak terpikat propaganda," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement