REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sebagai negara dengan pulau terbanyak di dunia, penyaluran bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia dinilai tersulit di dunia. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengatakan, karena faktor geografis pengangkutan dan penyaluran BBM menjadi sulit.
''Barang ada tapi sarana pengangkutan tidak ada, kadang yang menerima tidak ada,'' kata dia dalam konferensi pers Workshop Indonesia Initiative One Energy Farming and Suistainable Aviation Biofuel and the ISPO/RSPO STANDAR, Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (26/8) pagi.
Akhir Desember tahun lalu, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sepakat menetapkan bauran bahan bakar nabati dalam avtur sebanyak dua persen. Seterusnya, campuran BBM meningkat secara bertahap.
Menurut dia, diskusi hari ini adalah bentuk keseriusan pemerintah dalam rangka meningkatkan penggunaan EBT. Diharapkan, pemberdayaan EBT akan dilanjutkan oleh pemerintah baru periode 2014-2019. Akhir Desember tahun lalu, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sepakat menetapkan bauran bahan bakar nabati dalam avtur sebanyak dua persen.
Seterusnya, campuran BBM meningkat secara bertahap. Rida menerangkan, sudah membentuk kelompok kerja (Pokja) terkait penggunaan bahan bakar nabati dalam campuran avtur untuk digunakan sebagai bahan bakar pesawat.
Namun, pengimplementasiannya direncanakan akan dimulai pada 2016. Tujuannya, untuk menurunkan emisi gas buang sekaligus meminimalkan efek rumah kaca.