REPUBLIKA.CO.ID, LUBUK BASUNG-- Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dan premium langka di Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) sehingga harga premium eceran di daerah itu mencapai Rp13.000 perliter.
Pantauan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Gunuang Sago Lubuk Basung, Minggu, terlihat puluhan kendaraan roda empat dan sepeda motor antre dengan panjang sekitar 800 meter. Bukan itu saja, premium dan solar eceran di kios sejumlah daerah di Lubuk Basung, juga terlihat habis.
Salah seorang pengendara sepeda motor, Irma (35), mengatakan saat ini premium langka di Lubuk Basung semenjak satu minggu terakhir. Dengan kondisi ini, pihaknya terpaksa membeli premium eceran di kios dengan harga Rp 13.000 per liter.
"Saya terpaksa membeli premiun dengan harga Rp13.000 per liter di kios, karena jarak SPBU cukup jauh dan di SPBU saya harus antre selama setengah jam," katanya.
Sementara itu, pengendara lainnya Al Amin (25), mengatakan ia terpaksda antre di SPBU dengan waktu yang cukup lama. "Saya tidak mungkin membeli premium eceran dengan harga Rp13.000 per liter. Dari pada saya membeli premium eceran, lebih baik membeli pertamax di SPBU," katanya.
Di tempat terpisah, Kepala Keuangan SPBU Gunung Sago, Fadli menjelaskan kelangkaan premium dan solar ini terjadi akibat pengaturan kuota BBM bersubsidi di setiap SPBU semenjak 18 Agustus 2014. Dengan kondisi ini, kuota premium dan solar dibatasi, sehingga terjadi kelangkaan BBM di SPBU itu.
Biasanya, katanya, pihak Pertamina menyalurkan BBM sebanyak tiga tangki dengan jumlah 42.000 liter per hari. Penyaluran BBM ini untuk premium sebanyak 28.000 liter dan solar sebanyak 14.000 liter. Namun saat ini, penyaluran BBM dilakukan Pertamina selalu berbeda.
Pada hari ini penyaluran premium sebanyak 28.000 liter dan besok hanya 14.000 liter. Sementara penyaluran solar dua hari sekali dengan jumlah 14.000 liter per hari. "Kami terpaksa tidak melayani pengisian jirigen untuk kios," katanya.
Sementara itu, External Relation Pertamina Marketing Region 1 Sumbar Bagian Utara, Fitri Erika, mengatakan pengaturan kuota BBM bersubsidi di setiap SPBU, bertujuan agar BBM bisa cukup hingga 31 Desember 2014.
Ia menjelaskan Pertamina patuh dan taat terhadap Undang Undang APBN tahun 2014 mengenai kuota BBM bersubsidi. "Jika seluruh permintaan SPBU dilayani, dikhawatirkan hingga November 2014, kuota BBM bersubsidi akan habis dan tidak cukup hingga akhir tahun," katanya.