Senin 29 Jun 2015 13:44 WIB

'Saatnya Kekejaman Terhadap Rohingya Dihentikan'

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ilham
 Muslimah Rohingya menangis di kamp penjaga perbatasan Bangladesh, suaminya tewas dibunuh dalam kekerasan sektarian di Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6).  (Saurabh Das/AP)
Muslimah Rohingya menangis di kamp penjaga perbatasan Bangladesh, suaminya tewas dibunuh dalam kekerasan sektarian di Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6). (Saurabh Das/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi kemanusiaan yang menimpa umat Muslim Rohingya masih terus berlangsung. Tragedi ini termasuk kategori pembantaian dan pemusnahan masal atau genosida.

Koordinator Koalisi Masyarakat Indonesia Peduli Rohingya, Adnin Armas mengatakan, sejumlah organisasi telah bergabung dalam Koalisi Masyarakat Indonesia Peduli Rohingya. Antara lain Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM), Burma Task Force Indonesia, Global Rohingya Centre, SNH Advocacy Centre, Aliansi Cinta Keluarga (AILA), Kajian Muslimah Untuk Kemaslahatan Umat Islam (KMKI), Wahdah Islamiyah, dan Majelis Intelektual, dan Ulama Muda Indonesia.‬

‪Sebagai aksi nyata Koalisi Masyarakat Indonesia Peduli Rohingya, ujar Adnin, pihaknya menyebarkan petisi berisi permintaan dukungan seluruh masyarakat Indonesia untuk menghentikan aksi kekejaman pembantaian dan pemusnahan umat Muslim Rohingya. “Petisi ini sudah kami sebar secara online dan dibagikan langsung ke masyarakat," ujarnya di Jakarta, Senin, (29/6).

Hasil petisi ini akan disampaikan ke DPR. "Kami berharap DPR bersedia menyuarakan petisi ini hingga tingkat internasional,” katanya.

 

Aksi kekejaman atas umat Muslim Burma telah berlangsung sejak tahun 1950-an. Saat ini, mereka hidup di berbagai negara, tanpa kewarganegaraan, terpisah, dan kehilangan dari keluarga.‬

‪Bahkan, kata Adnin, seorang intelektual Buddhis asal Burma Dr. Maung Zarni pernah menulis artikel berjudul ‘The Slow-Burning Genocide of Myanmar’s Rohingya’ dalam The Pacific Rim Law and Policy Journal. Sang intelektual itu menjelaskan secara rinci, bagaimana pemerintah Burma melakukan genosida secara sistematis, dengan menyebut Muslim Rohingya sebagai imigran illegal, ancaman keamanan nasional, virus, penyerobot, ancaman terhadap kultur Budha hingga economic blood-suckers.‬

‪Kekejaman demi kekejaman sebagai bagian dari pembasmian Muslim Rohingya masih terus terjadi. Kondisi Muslim Rohingya semakin bertambah buruk dengan aktifnya sejumlah tokoh dan Biksu Budha yang mengobarkan kebencian terhadap komunitas Muslim Rohingya.‬ "Makanya sudah saatnya kekejaman terhadap etnis Rohingya dihentikan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement