Kamis 12 Oct 2017 18:26 WIB

Jamasan Kiat untuk Lestarikan Benda Bersejarah

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Keris pusaka yang menjadi koleksi Sanggar Tosan Aji Gedong Songo di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jateng, Rabu (6/5). (ANTARA/Aditya Pradana Putra)
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Keris pusaka yang menjadi koleksi Sanggar Tosan Aji Gedong Songo di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jateng, Rabu (6/5). (ANTARA/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pemerintah terus melakukan berbagai cara untuk melestarikan benda-benda pusaka, yang sarat nilai sejarah. Tujuannya agar benda-benda bersejarah ini selamat dari kepunahan. Apalagi material benda-benda pusaka ini --umumnya-- sudah semakin uzur dan rentan mengalami kerusakan akibat 'dimakan' umur.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang pun menerapkan berbagai kegatanya dalam memperlakukan benda- benda pusaka yang memiliki kaitan erat dengan sejarah daerahnya. Salah satunya dengan menjamas atau mencuci serta membersihkan seluruh benda pusaka (berbagai jenis tosan aji) milik Pemkab Semarang agar tidak mengalami kerusakan, akibat proses kimiawi yang terjadi pada logam.

Selain melibatkan juru jamas, prosesi ini juga dilakukan secara gotong royong melibatkan perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD), Lurah serta masyarakat pemerhati cagar budaya di Ungaran.

Juru kunci pusaka Pemkab Semarang, M Edi Sukarno mengagakan, benda pusaka yang dijamas initerdiri atastiga mata tombak dan tiga keris. Secara harfiah, jelasnya jamasan ini adalah membersihkan dan mencuci pusaka dengan berbagai bahan cairan yang dapat mengurangi kerusakan pada unsur logamnya.

"Sebab benda- benda bersejarah ini umumnya terbuat dari material logam yang sudah dimakan usia," ungkapnya, di pendopo rumah dinas Bupati Semarang, Kamis (12/10).

Prosesi ini mengambil hari terakhir bulan Muharam (Suro). Selain untuk merawat, jelas Edi, upaya ini juga memiliki makna sebagai pengingat. "Artinya selain melestarikan tradisi leluhur, diharapkan bisa mengingatkan semua tentang tujuan hidup bermasyarakat melalui momen tahun baru Jawa dan tahun baru Islam," jelasnya.

Ia juga menyampaikan, upaya menjaga pusaka dan kelangsungan pemerintahan saat ini juga sudah baik. Baik dikalangan pejabat saja melainkan juga seluruh warga Kabupaten Semarang.

Jamasan pusaka ini dilakukan dua kali dalam setahun. "Selain mengambil momentum bulan pertama tahun Jawa serta bertepatan dengan HUT Kabupaten Semarang," ujar Edi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement