Jumat 22 Aug 2014 03:00 WIB

Pengusaha Priangan Timur Harus Miliki Mental Ekspor

Rep: C61/ Red: Julkifli Marbun
Pabrik tekstil di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: KBRI Roma
Pabrik tekstil di Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA –- Wirausaha Indonesia, khususnya yang memiliki domisil. di Priangan Timur, mesti mulai memiliki orientasi untuk melakukan ekspor. Dengan memiliki orientasi seperti itu, secara tidak langsung kualitas dari SDM dan produk yang dimiliki pun akan terus ditingkatkan hingga memiliki standar internasional. Maka dengan demikian, daya saing para wirausaha terus menguat.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Wahyu Purnama. Menurutnya pengusaha harus mempunyai orientasi ekspo. Namun, di satu sisi, mereka masih memiliki banyak kekurangan. Lantaran jam terbang yang dimiliki mereka diperoleh secara otodidak. “Jadi tidak heran, beberapa pelaku usaha tumbang di tengah jalan,” terang Wahyu, di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Jln. Sutisna Senjaya, Tasikmalaya ujar Wahyu, Kamis (21/8) sore.

Berkaitan dengan hal itu, kata Wahyu, pihaknya perlu untuk mendukung dan mendorong para pelaku wirausaha agar memiliki bekal yang cukup. Sehingga pengusaha bisa meningkatkan kapasitas SDM dan kualitas produk. Terlebih lagi, saat ini persaingan baik di dalam maupun luar negeri sangat ketat.  Maka perlu upaya serius untuk membimbing para pelaku wirausaha, terutama yang masih merintis.

Untuk mewujudkan hal itu, pihak BI Tasikmalaya terjun langsung dalam melakukan pelatihan terhadap para wirausaha yang bergerak di sektor kerajinan dan agribisnis. Sebab berdasarkan pandangan kami, priangan timur memiliki potensi yang luar biasa pada kedua bidang tersebut. Wahyu juga yakin melalui pembinaan yang tepat, maka hasil kerajinan dan agribisnis Priangan Timur akan berhasil baik di dalam dan di luar negeri.

Wahyu menambahkan, para wirausaha akan mendapatkan pelatihan selama 4 bulan dan melalui proses seleksi yang ketat. BI memfokuskan pelatihan tersebut bagi para wirausaha yang memiliki usia usaha tidak lebih dari 5 tahun dan berorientasi untuk melakukan ekspor. Adapun wirausaha yang mengikuti seleksi sebanyak 91 perusahaan dan yang berhasil lolos seleksi sebanyak 60 perusahaan.

Sebanyak 60 perusahaan tersebut akan kembali diseleksi dan pada akhirnya hanya akan ada 25 wirausaha yang dibimbing selama empat bulan. Bahkan pada pelatihan tersebut, mereka akan mengikuti bootcamp selama empat hari di daerah Jawa Barat. Pihaknya juga berharap, cara seperti ini dapat meningkatkan kapasitas SDM wirausaha berkaitan dengan kemampuan marketing, peningkatan daya saing, dan akses ke pendanaan.

Untuk jangka panjang, upaya tersebut diharapkan dapat memperkecil defisit neraca perdagangan yang diakibatkan oleh lebih tingginya impor dibandingkan dengan ekspor yang terjadi di Indonesia. Tujuan selanjutnya, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Itu sebabnya pelatihan diberikan kepada wirausaha berorientasi ekspor dan agribisnis. Hal tersebut dilakukan BI secara nasional.

Sementara itu, Ishak Hardian (53 tahun) pengusaha muda asal kelurahana Taman Sari, Kota Tasikmalaya, mengapresiasi program BI tersebut. Pengusaha Sandal Geulis rumahan itu, mengaku dukungan BI terhadap pengusaha kecil, cukup membantu, baik secara moral maupun materil. “Apapun bentuk dukungan BI sangat berarti untuk pengusaha di Kota Tasiknmalaya,” tutur Ishak, saat ditemui di pusat perniagaan Asia Plaza, Jalan HZ Mustofa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement