REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor energi disebut pakar menjadi tantangan terbesar presiden terpilih. Pemimpin mendatang pun diimbau untuk berupaya menurunkan beban pengeluaran untuk subsidi BBM.
Mantan sekretaris kementerian BUMN Said Didu menjelaskan, subsidi energi sudah mendekati 25 persen dari total APBN. Ia pun menyesalkan, anggaran subsidi sebesar itu lebih besar dinikmati kaum berpunya.
"Siapa yang menikmati? Delapan puluh persen orang kaya yang punya mobil. Lima puluh persennya dinikmati orang di Jakarta dan sekitarnya," ujar Said di Jakarta Pusat, Rabu (20/8).
Said melanjutkan, subsidi energi menjadi sumber ketidakadilan bagi rakyat miskin. "Anda tahu berapa subsidi yang dinikmati orang Jakarta yang punya mobil? Rp 6 juta per bulan. Orang kampung dapat apa? Ini sangat tidak adil," kata dia.
Menurut Said, rakyat jangan tertipu dengan slogan subsidi untuk rakyat. "Jangan lagi bilang untuk rakyat, rakyat yang mana?" ujar dia.