Rabu 20 Aug 2014 12:50 WIB

Alutsista TNI Modern, Malaysia tak Berani Macam-Macam

 Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Wapres Boediono di Jakarta International Expo, Kemayoran, Rabu (7/11).
Foto: Republika/Wihdan H
Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Wapres Boediono di Jakarta International Expo, Kemayoran, Rabu (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI tengah belanja alutsista besar-besaran. Hal itu ditandai dengan dibelanjakannya Rp 150 triliun selama periode 2010-2014. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, penguatan postur alutsista TNI merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda.

Pasalnya, meski negara dalam kondisi damai, namun kekuatan perang TNI harus terus dimodernisasi. Tujuannya agar demi antisipasi untuk menjaga dari segala ancaman asing yang perlu penindakan keras.

"Kalau ingin damai, Indonesia harus siap perang," kata Sjafire dalam 'Program Pembekalan dan Pemantapan Pemimpin Tingkat Nasional' anggota DPR periode 2014-2019 di gedung Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Rabu (20/8).

Hanya saja, kata dia, jumlah anggaran pertahanan Indonesia baru mencapai 0,86 persen dibandingkan produk domestrik bruto (PDB). Idealnya, seperti di negara maju, menurut dia, alokasi anggaran pertahanan di atas satu persen dari total PDB. "Tapi, kita tidak bisa memaksakan karena juga harus mengerti keuangan negara," katanya.

Sjafrie menyatakan, Indonesia menghadapi tantangan berat di bidang pertahanan. Selain letak geostrategis di antara Benua Asia dan Australia, puluhan ribu kapal laut Indonesia juga melewati perarian Nusantara. Hal itu kalau tidak diikuti dengan kemampuan alutsista yang mumpuni, maka bisa menimbulkan masalah baru.

Dia mengaku senang, dengan peremajaan alutsista baru membuat TNI disegani negara tetangga. Dia merujuk pada gentarnya Tentara Diraja Malaysia yang tidak bisa berulah seenaknya seperti dulu. Hal itu terjadi setelah kekuatan alat perang TNI sudah teruji dan andal.

"Ini cerita Malaysia soal pembangunan mercusuar di Tanjung Datu, yang selesai dalam waktu tiga minggu, kita hentikan (pembangunan) karena kita punya kemampuan. Kalau tak punya (alutsista) apa-apa kita bisa diejek," kata mantan panglima Kodam Jaya tersebut.

Sjafrie melanjutkan, kekuatan TNI sekarang semakin disegani. Cerita tentang Angkatan Laut Malaysia yang dulu sering patroli di perairan tidak terjadi lagi. "Ini kita bisa keras di luar karena punya instrumen, kalau ditekan terus secara fisik kita bisa berunding."

Kendati begitu, Sjafrie juga mengakui, alutsista TNI wajib terus ditingkatkan. Dia merujuk pada wilayah udara Indonesia yang belum bisa dikatakan merdekan sepenuhnya. Itu lantaran wilayah udara yang berbatasan dengan Singapura masih dikuasai negari jiran tersebut.

"Wilayah udara diatur Singapura sejak 1948. Kedaulatan teritorial di udara itu juga sangat penting. Itu tugas bapak ibu memikirkannya," ujar Sjafrie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement