REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh, menyatakan lima buah buku yang ditulis Wakil Menteri Agama (Wamenag), Nasaruddin Umar, memiliki tiga peran penting bagi masyarakat,
"Buku memiliki tiga peranan penting bagi masyarakat, termasuk lima buku yang ditulis Prof. Nasaruddin. Ketiga peran itu adalah pendidikan (edukatif), pencerahan dan pemberdayaan," tutur Nuh pada Selasa (19/8) malam.
Mendikbud menjadi pembicara dalam acara peluncurkan lima buku karya Prof. Nasaruddin Umar dengan tema "Tasawuf, Gender dan Deradikalisasi Agama".
Menurut Nuh, membaca buku bisa menimbulkan perubahan dalam diri seseorang dan masyarakat. Buku juga bisa menjadi pencerahan untuk menjawab berbagai macam persoalan kehidupan yang sering tidak jelas.
Apa yang ditulis oleh Nasaruddin dalam kelima bukunya, lanjut Nuh, merupakan pencerahan. Seperti cahaya putih, seluruh spektrum masuk di sana.
Dalam istilah fisika, dikenal istilah mejikuhibiniu. Jadi, satu spektrum saja tidak ada, maka warnanya tidak lagi menjadi putih.
"Menurut saya, buku Pak Nasaruddin jangan hanya dibaca, tapi dibeli juga bukunya. Apalagi, beliau termasuk penulis yang sangat produktif," papar Nuh.
Dilihat dari fungsi edukasinya, jelas Nuh, apa saja yang ditulis harus bersifat mendidik dan memasukkan informasi baru sehingga timbul pemberdayaan pada individu dan masyarakat.
Nuh berpendapat intisari dari kelima buku karya Nasaruddin ialah konsep "Rahmatan lil A'lamin" dalam berbagai aspek.