REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Political Tracking (Pol-Track) Institute, Hanta Yudha, menyatakan Ketua Umum (Ketum) PKB, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin), harus memilih salah satu, apakah ingin menjadi menteri atau menjadi Ketum PKB.
"Cak Imin harus memilih salah satu, apakah ingin menjadi menteri atau menjadi Ketum PKB," tutur Hanta saat dihubungi Republika, Selasa (19/7) siang.
Menurut Hanta, Cak Imin masih menjadi calon terkuat Ketum PKB hingga saat ini. Namun dalam politik, tidak menutup kemungkinan muncul nama-nama lain sebagai pesaingnya.
Beberapa nama yang potensial menjadi Ketum PKB selain Cak Imin, lanjut Hanta, adalah Mahfud MD dan Marwan Ja'far. Namun, kandidat terkuat saat ini masih Cak Imin.
Hanta menyatakan Cak Imin menjadi kandidat terkuat PKB karena berhasil meningkatkan perolehan suara PKB lebih dari 100 persen dalam Pemilu Legislatif 2014 lalu.
Cak Imin dinilai juga berhasil membawa PKB ke dalam gerbong pemerintahan Jokowi-Muhammad Jusuf Kalla (JK). "Sebagai pemerhati politik, saya mendukung sikap Presiden Terpilih Joko Widodo (Jokowi) bahwa menteri tidak merangkap jabatan struktural parpol," tutur Hanta saat dihubungi Republika, Selasa (19/8) siang.
Pasalnya, lanjut Hanta, rangkap jabatan menteri dan petinggi parpol lebih banyak mudharat-nya daripada manfaatnya.
Hanta menyatakan sikap politik Jokowi merupakan kebaruan dalam sistem demokrasi di Indonesia. Ini sesuai dengan janji Jokowi dalam Pilpres 2014 lalu.