Ahad 17 Aug 2014 16:36 WIB

Luruskan Pernyatan Jokowi, Kemenhan: Leopard tak Rusak Jalan

Bagian Perencanaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Said Didu.
Foto: Republika/Erik PP
Bagian Perencanaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Said Didu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden terpilih versi KPU, Jokowi sempat berujar bahwa pembelian MBT Leopard tidak tepat. Menurut dia, Leopard termasuk tank berat yang memiliki berat 62 ton sehingga bisa merusak jalan kalau digunakan di Indonesia.

Kepala Puskom Publik Kementerian Pertahanan Brigjen Sisriadi menyatakan, pengadaan MBT Leopard sudah melalui kajian tepat. Bahkan, kata dia, prosesnya sudah dibahas sejak belasan tahun lalu. Tujuannya agar TNI AD memiliki tank kelas berat lantaran negara tetangga sudah memilikinya, meski dengan pabrikan berbeda. Namun, keinginan matra AD baru terwujud pada pemerintahan SBY karena anggaran tersedia.

Karena itu, Sisriadi menepis penilaian Jokowi dalam debat capres, yang menyatakan pembelian MBT Leopard tidak tepat. Karena proses politik sudah selesai, ia berani mengklarifikasi masalah tersebut agar tidak ada informasi simpang siur di masyarakat.

"Jadi, Leopard tidak merusak jalan. Pernyataan saya ini jangan dikonfrontasi dengan presiden baru, yang mungkin ada pembisik. Pembelian tank kelas berat ini sudah dikaji Batalyon Kavaleri TNI AD sejak pangkat saya masih Letkol," kata Sisriadi dalam acara halal bi halal bersama wartawan di Jakarta, Ahad (17/8).

Menurut Sisriadi, karena sudah teken kontrak maka pemerintah baru harus menghormati keputusan Kemenhan. Pasalnya, tidak bisa seenaknya pembelian yang sudah melalui tahap kerjasama dengan pemerintah Jerman dibatalkan begitu saja, dengan alasan tidak cocok versi pemerintahan baru.

"Ini sudah kontrak, ada hukum, salah satu melanggar itu ada konsekuensinya. Pengadaan MBT ini sudah melalui simulasi, semuanya logis. Kalau ada wacana mau mengkaji, dari aspek apa? Kalau dinilai berat? Leopard ini ada roda rantai untuk meratakan beban tanah, malah mobil Avanza lebih berat daya tekan merusak jalan dibanding Leopard," ulas mantan kepala Dinas Penerangan AD itu.

Bagian Perencanaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Said Didu membenarkan jalan di Indonesia tidak rusak ketika dilintasi MBT Leopard. Dia mengakui, pernyataan Jokowi terkait Leopard kurang tepat. Pasalnya, ia sudah mengkaji sendiri dan menaikinya bahwa tank buatan Jerman tersebut memiliki daya beban ke tanah lebih ringan lantaran ditopang roda rantai yang lebar.

"Tidak merusak, saya sudah mencobanya. Saya yang memutuskan membeli di (pabrik) Rheinmetall. Ini perlu diuka karena pilpres telah selesai. Singapura saja negara upil punya Leopard, apa yang dikatakan presiden kurang paham," sebut mantan sekretaris BUMN tersebut.

Nilai proyek pengadaan MBT Leopard sebesar 280 juta dolar AS. Setelah melalui proses diplomasi dan perundingan, akhirnya pihak Rheinmetall menyetujui untuk membuatkan MBT Leopard 2A4 RI sebanyak 124 unit.

Sebanyak dua unit MBT Leopard dan dua unit tank Marder telah diserahkan pada 22 Septmber 2013. Sebanyak 26 unit MBT 2A4 plus 26 unit tank Marder rencananya daang pada pekan pertama September mendatang. Sisanya, kata Sisriadi, akan datang bergelombang pada 2015 dan 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement