REPUBLIKA.CO.ID, NEGARA -- Tiga rumah di Desa Perancak, Kabupaten Jembrana, Bali, roboh akibat abrasi gelombang laut setinggi tiga meter.
Berdasarkan pantauan, Selasa (12/8), rumah milik I Nyoman Wirka, Ketut Surat dan Wayan Sindia, tinggal bongkahan tembok yang nyaris roboh, sementara seluruh penghuninya mengungsi.
"Sejak abrasi sekitar satu tahun terakhir, sudah beberapa warga kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi," kata Ni Ketut Suniasih, warga setempat.
Menurutnya, terjangan gelombang mencapai tiga meter, yang menggerus tanah puncaknya terjadi Senin (11/8) yang selain menghancurkan rumah, juga membuat tiga sampan milik nelayan yang diparkir di pantai terbalik.
Selain rumah tiga warga tersebut, abrasi yang menggerus pantai dengan panjang sekitar 400 meter tersebut, juga mengancam bangunan konservasi penyu milik Kelompok Masyarakat Kurma Asih, serta bangunan villa milik warga asing.
Kepala Desa atau Perbekel Perancak, I Nyoman Wijana mengatakan, pihaknya sudah beberapakali membuat proposal ke Pemerintah Provinsi Bali, untuk dibuatkan pengaman pantai. "Ada beberapa titik di desa ini yang mengalami abrasi hebat, tapi proposal kami itu sampai sekarang belum ada realisasi," katanya.
Menurutnya, pembangunan sarana pengaman pantai mendesak di wilayah tersebut, karena abrasi menggerus tanah pemukiman warga. Beberapa tahun terakhir, abrasi hebat melanda beberapa wilayah pantai Kabupaten Jembrana, yang selain Desa Perancak juga terjadi di pantai Desa Yehembang, Cupel, Baluk, Banyubiru, Candikusuma hingga Gilimanuk.
Beberapa lokasi seperti Cupel, Baluk dan Candikusuma, sudah dibangun sarana pengaman pantai, sementara wilayah lainnya dikabarkan menyusul.
Bersamaan dengan abrasi di Desa Perancak ini, bencana yang sama juga menghancurkan pondok lesehan ikan bakar di pantai Dusun Pabuahan, Desa Banyubiru, yang merupakan lokasi wisata kuliner di Kabupaten Jembrana.