REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kendati Pemerintahan Kota (Pemkot) Tasikmalaya sudah menertibkan Jalan HZ Mustofa dari Pedagang Kaki Lima (PKL), tapi kemacetan tetap terjadi. Sebab banyak kendaraan roda empat yang parkir disisi jalan kawasan komersil tersebut.
Astura Mulyati ( 19 tahun) salah satu pengunjung Jalan HZ Mustofa menyatakan pemkot tidak sungguh-sungguh menertibkan jalan tersebut. "Kalau Pemkot benar-benar menertibkan, seharusnya lahan parkir juga diberesin," ujar Astura, Senin (11/8) sore.
Lagi pula sebagian besar penyebab kemacetan di Jalan HZ Mustofa adalah mobil yang terparkir disisi jalan. Lantaran pertokoan di sepanjang jalan tersebut tidak mempunyai lahan parkir sendiri. Sehingga pengunjung memanfaat sisi jalan sebagai tempat parkir.
Mengenai keberadaan PkL di Jalan HZ Mustofa kata Astura, memang menyumbang kemacetan. Namun, jika alasan menertibkan Jalan HZ. Mustofa dari kemecetan dengan mengusir PKL. Maka sampai kapan pun tidak akan pernah bebas dari kemacetan.
Hal tersebut menandakan Pemkot tebang pilih dalam penertiban jalan raya tersebut. "Kalau mereka niat menertibkan, harus berani mengambil tindakan, berani melarang mobil dan angkot parkir disisi jalan," tutur mahasiswi Universitas Siliwangi (Unsil).
Hal yang sama juga diutarakan oleh Misbakhun Ulum (45 tahun), salah satu PKL yang masih bertahan di Jalan HZ Mustofa. Menurutnya kendaraan milik pengunjung yang terparkir menjadi penyebab menyempitnya jalan raya itu.
Saat ditanya mengapa dirinya masih bertahan jualan di area yang dilarang oleh Pemkot. Misbakhun menjawab sejauh ini dirinya belum menemukan tempat pengganti. "Saya sudah coba cari lahan main tuk berjualan tapi belum ketemu," kata pedagang Mie Bakso itu.
Misbakhun mengaku semenjak Jalan HZ Mustofa menjadi zona terlarang bagi PKL, ia mengaku mengurangi waktu berjualannya. Lantaran di jam-jam tertentu banyak Satpol PP berjaga. Bahkan Misbakhun harus berjualan saat malam hari saja.
Jika kondisi seperti masih terus berlanjut, kata Misbakhun tidak menutup kemungkinan dalam jangka satu bulan usahanya gulung tikar. Menurutnya hal ini sama saja menmbunuh usahanya.
Misbakhun berharap Pemkot menyediakan tempat pengganti untuk berjualan. "Saya kira cukup mudah bagi Pemkot mencari lahan pengganti, itu kalau mereka serius," ungkap Misbakhun.
Sementara itu Totong (37) juru parkir yang bertugas di Jalan HZ Mustofa menampik, kalau lahan parkirnya menjadi biang kemacetan. Totong mengatakan di pinggir sepanjang Jalan HZ Mustofa sudah disediakan lahan khusus parkir pengunjung. Lahan parkir tersebut diberi pembatas, berupa garis putih.
"Saya gak pernah memarkikan kendaraan melebihi batas itu. Jadi gak mungkin menyebabkan kemacetan," terang Totong. Warga Cihideung ini menduga banyaknya aktivitas warga di HZ Mustofa adalah penyebab kemacetan tersebut.