REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Provinsi Jawa Barat menilai, gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang mendeklarasikan khilafah termasuk tindakan sia-sia. Humas HTI Jawa Barat, Luthfi Afandi menyatakan, Rasulullah ketika mendirikan Daulah Islamiyah di Kota Madinah Munawarah didahului dengan pemahaman umat.
Berikut juga keamanan dalam negeri dan luar negeri yang dijamin Islam. "Karenanya Hizbut Tahrir tidak mengakui keabsahan deklarasi khilafah oleh ISIS," kata Luthfi, Senin (11/8).
Di sisi lain, menurut dia, pemerintah harus proporsional dalam menyikapi ISIS dan khilafah. Pasalnya, hingga kini berbagai penolakan terhadap paham ISIS, khususnya di Jawa Barat terus bergulir. Penolakan dinyatakan mulai dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, sampai ormas Islam.
Luthfi mengatakan, bisa saja pemerintah tidak setuju dengan organisasi ISIS. Namun, hal itu jangan diikuti dengan penolakan terhadap ide Khilafah. "Jangan sampai isu pendeklarasian khilafah oleh ISIS dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk melakukan monsterisasi terhadap ide khilafah," ujarnya.
Monsterisasi yang ia maksud ditakutkan akan menimbulkan komplikasi. Hal itu dianggap bukannya menyelesaikan masalah ISIS. Menurutnya, justru ini akan menimbulkan masalah baru karena mengkriminalisasi ide yang bersumber dari ajaran Islam.
Khilafah, kata dia, merupakan ide Islam yang bersumber dari Alquran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Substansi ide tersebut ialah ukhuwah, syariah dan dakwah. Ukhuwah sendiri berarti persatuan umat Islam di dunia.
Syariah artinya penerapan syariah secara khaffah. Sedang Dakwah artinya menyebarkan Islam ke seluruh dunia. "Tidak ada yang buruk dari ide khilafah, sebagai umat Islam harusnya wajib mendukungnya," katanya.