REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Para petani di Kabupaten Sukabumi dipastikan semuanya telah beralih menanam palawija. Pasalnya, pada Agustus ini dinilai sebagai puncak musim kemarau.
'' Saat ini mulai masuk puncak musim kemarau,'' ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, H Sahlan, kepada Republika, Ahad (10/8). Sehingga para petani sudah tidak ada yang menanam padi.
Pasalnya kata Sahlan, pada momen tersebut pasokan air dipastikan sudah tidak ada. Terlebih, sebagian besar areal pertanian di selatan Sukabumi termasuk sawah tadah hujan.
Oleh karena itu lanjut Sahlan, para petani saat ini sebagian beralih menanam semangka dan sayur-sayuran. Tanaman tersebut lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan padi.
Menurut Sahlan, pada sepekan yang lalu ada sejumlah petani yang melakukan panen padi. Namin, hasilnya tidak maksimal seperti musim tanam pertama Maret lalu.
Sahlan mengatakan, rata-rata hasil panen padi pada kondisi normal bisa mencapai kisaran tujuh hingga delapan ton per hektare. Pada momen musim kemarau ini hanya maksimal enam ton per hektare.
'' Hasil itu sudah lebih baik,'' terang Sahlan. Hal ini dikarenakan banyak areal pertanian yang gagal panen atau puso akibat kekeringan.n Sukabumi sebanyak 47 kecamatan. Sehingga pemantauan tidak hanya dilakukan di daerah rawan saja melainkan ke semua kecamatan.
Menurut Irwan, dampak kekeringan tidak hanya pada areal pertanian yang gagal panen karena kesulitan air. Kekeringan juga berakibat pada kesulitan air bersih untuk warga.
Irwan menerangkan, BPBD akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam penanganan dampak kekeringan. Misalnya dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPTP), Dinas Pengairan dan Sumber Daya Air (PSDA) serta Badan Lingkungan Hidup (BLH)