Kamis 07 Aug 2014 17:46 WIB

Petani Keluhkan Pencemaran di Citarum

Air bercampur limbah keluar dari sebuah selokan yang bermuara ke Sungai Citarum di daerah Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Rabu (26/2).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Air bercampur limbah keluar dari sebuah selokan yang bermuara ke Sungai Citarum di daerah Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Rabu (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Petani di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengeluhkan pencemaran sungai Citarum karena menghambat produksi gabah lokal akibat air limbah.

"Sungai Citarum sumber air bagi petani di Kabupaten Bandung kini tercemar limbah sejumlah industri pabrik tekstil dampaknya produksi gabah terhambat," kata Dindin Jahidi ketua kelompok tani Desa Balekambang III Majalaya Bandung, Kamis.

Ia mengatakan, gabah produksi petani Bandung yang menggunakan air limbah sungi Citarum kualitasnya rendah, sehingga harga murah sedangkan biaya tanam cukup tinggi. Dikatakannya, gabah yang terkena air limbah sungai Citarum sulit dijual karena kualitas buruk, selain itu berasnya cepat membusuk juga berwarna hitam, menyulitkan petani menjual hasil panen mereka.

Sukarna petani lain di Tegal Luar, Bandung mengeluhkan, air sungai Citarum tercemar berdampak buruk terhadap produksi gabah di Kabupaten Bandung, karena hasil panen rendah dan kualitas padi buruk. Petani di sepanjang aliran sungai Citarum memanfaatkan air sungai tersebut untuk sawah mereka, kata dia, sebelum pabrik teksil membuang limbah hasil panen masih menguntungkan. Kini mereka sering merugi karena harga gabahnya murah.

Modal tanam dengan penjualan hasil penan gabah, kata dia, tidak sebanding karena kualitas padi yang menggunakan air limbah diragukan oleh konsumen. Mardian, salah seorang penjual beras mengaku, gabah hasil panen petani Kabupaten Bandung yang menggunakan air limbah, kurang diminati oleh konsumen karena kualitas berasnya buruk, selain bau mudah membusuk.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement