Kamis 07 Aug 2014 17:28 WIB
Menelisik Gerakan ISIS

MUI: Khilafah yang Dibawa ISIS Bermasalah

Rep: c78/ Red: Mansyur Faqih
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin Berbicara konfrensi pers bersama 60 ormas islam di Jakarta, Kamis (7/8). Forum Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia menentang keberadaan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin Berbicara konfrensi pers bersama 60 ormas islam di Jakarta, Kamis (7/8). Forum Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia menentang keberadaan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) enggan menggeneralisasi penegakkan khilafah yang tengah diperjuangkan Islamic State of Irak and Syiria (ISIS). Karena, tak semua konsep khilafah dianggap sesat.

"Hizbut Tahrir Indonesia pun menyatakan ISIS sesat. Karena cara yang ditempuh untuk memeroleh penegakkan khilafah dengan jalan yang salah," terang Wakil Ketua MUI Maruf Amin, Kamis (7/8). 

Khilafah, lanjut dia, masih dalam perdebatan sebab dapat diartikan secara insituasi mau pun dimaknai dari semangatnya. Artinya, semangat khilafah yang ingin menciptakan kepemimpinan yang ikhlas dan jujur adalah sebuah tujuan yang mulia. 

"Tapi jelas khilafah yang dibawa ISIS bermasalah dan berpotensi memecah umat Islam," tegasnya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah Abdullah Djaidi menambahkan, akan lebih fokus untuk menjaga masjid, musala dan langgar di daerah.

Tujuannya, untuk menangkal penyusupan ajaran ISIS ke daerah. "Masjid merupakan salah satu basis ISIS dalam menyebarkan ajarannya," kata Djaidi.

Ia menjelaskan, pada dasarnya masjid dan pesantren yang dikelola ormas Islam konsisten dengan prinsip rahmatan lil alamin. Karenanya, mayoritas umat Islam yang dididik di sana kecil kemungkinan untuk terpengaruh ISIS. 

Namun, banyaknya masjid, mushala dan langgar di Indonesia tetap membuka celah bagi ISIS. Mereka dapat menjadikan tempat tersebut sebagai sarana persebaran ajarannya. 

Maka, lanjut dia, yang dapat dilakukan saat ini adalah meningkatkan kewaspadaan. "Jangan sampai tempat ibadah umat Islam digunakan orang yang mengatasnamakan Islam untuk menyebarkan deradikalisasi," tuturnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement