REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengantisipasi munculnya gerakan radikal "Islamic State of Iraq and Syria" (ISIS) dengan menerjunkan ribuan kader di 31 kecamatan di kabupaten setempat.
"Kami menerjunkan sekitar 10 kader Ansor di setiap desa dan mereka bertugas untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait dengan bahaya gerakan kelompok ekstrem Islam tersebut," kata Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jember Ayub Junaidi, Kamis (7/8).
Menurut dia, Kabupaten Jember memiliki banyak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang tersebar di Kecamatan Sumbersari, sehingga daerah tersebut sangat berpotensi dijadikan lahan untuk melakukan perekrutan kader-kader baru ISIS.
"Untuk itu, kader Ansor akan mengantisipasi munculnya gerakan ISIS di Jember dan kami tidak akan tinggal diam terhadap gerakan radikal yang dapat mengancam kedaulatan bangsa Indonesia," tuturnya.
Seluruh pengurus dan kader Ansor, lanjut dia, juga memantau kegiatan di mushala atau tempat ibadah yang diduga menjadi salah satu tempat untuk melakukan perekrutan ISIS, sehingga pihaknya segera berkoordinasi dengan aparat kepolisian, apabila ada kegiatan yang mencurigakan.
"NKRI dan ideologi Pancasila merupakan harga mati bagi bangsa Indonesia, sehingga gerakan yang dapat mengganggu kedaulatan rakyat Indonesia harus diberantas," ucap Ayub yang juga politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Sementara Kapolres Jember AKPB Awang Joko Rumitro mengatakan sejauh ini pihaknya belum menemukan munculnya gerakan ISIS di wilayah setempat, namun potensi munculnya gerakan radikal itu tetap ada.
"Kami melakukan koordinasi dengan sejumlah tokoh agama untuk mengantisipasi gerakan itu, namun aparat kepolisian belum mendeteksi munculnya gerakan ISIS di Jember," katanya.
Ia juga telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran polsek terutama Babinkamtibmas di seluruh desa untuk mewaspadai gerakan ISIS di Jember, sehingga perlu dilakukan monitoring dan meningkatkan kewaspadaan secara berkala.
"Saya juga mengimbau masyarakat ikut berpartisipasi untuk mengantisipasi gerakan radikal, dan apabila melihat kegiatan yang mencurigakan maka sebaiknya segera melapor ke polisi terdekat, serta tidak melakukan tindakan 'main hakim' sendiri," ujarnya.