REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup mencatat titik api (hotspot) selama Juli 2014 mencapai 3.044 titik, lebih tinggi dibandingkan data Januari hingga Juni 2014 yang total tercatat 1.058 titik api.
"Terjadi kenaikan jumlah titik api di provinsi rawan kebakaran khususnya di Kalimantan Barat dan Riau," kata Deputi III Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim KLH Arief Yuwono di Jakarta, Rabu (6/8).
Arief merinci hotspot di Kalimantan Barat tercatat tertinggi di Kabupaten Sintang sebanyak 429 titik, Ketapang sebanyak 417 titik, dan Sambas 382 titik.
"Kenaikan jumlah hotspot khususnya Kalimantan Barat signifikan yaitu dari 146 titik menjadi 1.308 titik," kata Arief.
Sedangkan di Riau, hotspots tertinggi di Rokan Hilir sebanyak 841 titik, Bengkalis 831 titik dan Pelalawan 492 titik api.
"Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan saat ini di sembilan provinsi yaitu Jambi, Kalimantan Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara," tambah Arief.
Meningkatnya jumlah hotspot disebabkan saat ini Indonesia memasuki musim kemarau sehingga lahan yang kering semakin mudah terbakar.
"Musim kemarau periode kedua ini diperkirakan akan berlangsung sampai Oktober sehingga perlu diwaspadai karhutla," kata dia.