Sabtu 02 Aug 2014 11:26 WIB
Menelisik Gerakan Negara Islam ISIS

ISIS Rebut Ladang Minyak Suriah

Rep: c91/ Red: Joko Sadewo
Seorang militan ISIS memegang senjata dan bendera ISIL di Mosul, Irak, pada 23 Juni lalu. (file foto)
Foto: Reuters
Seorang militan ISIS memegang senjata dan bendera ISIL di Mosul, Irak, pada 23 Juni lalu. (file foto)

REPUBLIKA.CO.ID, IRAK -- Milisi dari kelompok radikal Suni, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terus memperluas wilayahnya. Kini mereka telah merebut ladang minyak di wilayah gurun Palmyra, bagian tengah Provinsi Homs, Suriah.

Pada Kamis pagi (17/7), milisi ISIS menyerang ladang minyak the Shaer, sebelah timur dari lokasi kota tua Palmyra. Menurut Obser vatori HAM Suriah yang berbasis di Inggris, serangan milisi ISIS memakan korban, 90 petugas penjaga keamanan ladang minyak Palmyra.

Observatori yang memantau kekerasan di Suriah melalui jaringannya di negeri itu mengungkapkan dari sumber terpercaya, sebanyak 270 penjaga, pasukan militer pemerintah, dan anggota milisi yang loyal pada Presiden Bashar al-Assad meng hilang, beberapa menjadi tahanan, sebagian lainnya terluka atau terbunuh. Dalam penyerbuan ladang minyak di Palmyra ini, sebanyak 21 pejuang ISIS yang menamakan diri sebagai Negara Islam (IS), tewas.

"Sejak awal tahun terjadi pertempuran antara mi lisi Negara Islam dan pasukan pemerintah di banyak tempat, tapi pertempuran di Palmyra ini merupakan yang terbesar," kata Direktur Observatori Rami Abdel Rahman, seperti di kutip Al jazirah.

Abu Bilal, aktivis yang terlibat dalam jaringan Negara Islam di Provinsi Homs, melaporkan penyerangan ladang minyak itu menewaskan 12 milisi dan puluhan pasukan pemerintah terbunuh. "Ada beberapa serangan bom bunuh diri dan kami menguasai delapan pos pemeriksaan keamanan sebelum kemudian mengambil alih ladang minyak Palmyra," kata Abu Bilal.

Gubernur Provinsi Homs Talal Barazi membenarkan serangan milisi tersebut. "Sejumlah pria bersenjata mengontrol ladang minyak. Namun, kami mengalami putus kontak dengan tiga teknisi yang bekerja di sana," kata Barazi. Ia menambahkan militer pemerintah berusaha merebut kembali Palmyra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement