REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pemerintah untuk membatasi solar bersubsidi dinilai tidak efektif. Direktur Eksekutif Centre for Energy and Strategic Resources Indonesia (Cesri) Prima Mulyasari Agustini mengatakan kebijakan pembatasan solar bersubsidi hanya akan memindahkan permintaan secara geografis.
"Konsumen yang biasa membeli di wilayah Jakarta Pusat, misalnya, akan beralih di wilayah Jakarta lainnya," kata Prima di Jakarta, Jumat (1/8).
Kebijakan pembatasan ini, jelas Prima, tidak mendorong penghematan BBM dalam jangka menengah dan panjang. Dari catatan Cesri, konsumen tertinggi solar berada di Jakarta Utara dan Jakarta Barat.
Di wilayah ini, truk biasa mengisi solar bisa mencapai 200 liter per kali isi. Jika kebijakan penghematan BBM ini dilakukan, jelas Prima, semestinya serentak dilakukan, bukan hanya memindahkan konsumen dari satu titik ke titik lainnya.
Komitmen pemerintah untuk mengurangi konsumsi BBM bersubsidi semestinya bersamaan dengan kesepakatan lain antara pemerintah dan rakyat. Prima memberi contog subsidi boleh dikurangi, tapi kilang minyak dibangun bertahap dengan jangka waktu tertentu.
Gerakan pembatasan subsidi BBM juga harus dilakukan bersamaan dengan penghematan BBM nonsubsidi, yang biasa dikonsumsi kalangan kaya dan industri. Dengan begitu, kata Prima, tidak hanya tujuan jangka pendek mengurangi subsidi yang bisa dicapai, tapi juga mengurangi konsumsi BBM.