Jumat 01 Aug 2014 17:00 WIB

Perajin Tekstil Andalkan Benang Limbah untuk Tetap Produksi

Pedagang benang. Ilustrasi
Foto: Republika.Rakhmawaty La'lang
Pedagang benang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengolahan benang limbah ternyata mampu membantu para perajin tekstil di Majalaya Kabupaten Bandung untuk tetap berproduksi di tengah-tengah persaingan ketat dengan kain asal Tiongkok.

Yogi Yudha Pranata salah seorang pemilik olahan benang limbah di Majalaya Kabupaten Bandung, Jum'at, mengatakan, benang limbah mampu membantu para perajin tekstil Majalaya untuk tetap produksi, karena harganya terjangkau.

Dikatakannya, harga benang limbah hasil olahan jenis katu bervariasi mulai dari Rp 23 ribu per kilogram hingga Rp 35 ribu per kilogram.

Sedangkan benang original pabrik bisa mencapai Rp 45 ribu per kilogram, sehingga diminati oleh perajin kain tekstil Majalaya.

"Benang limbah merupakan benang sisa dari pabrik tekstil kualitas ekspor, oleh pengelola benang tersebut kembali disambungkan sehingga bisa digunakan sebagai bahan untuk kain tekstil, yang penting sambungan benang tersebut loos dalam proses pembuatan kain," katanya.

Butuh keahlian dan pengalaman bagi para buruh harian penyambung benang sisa, kata dia, sehingga sambungan benang tersebut bisa digunakan bahan kain.

Usaha pengolahan benang limbah cukup diminati masyarakat Majalayan, karena permintaannya cukup tinggi dari para perajin kain lokal, sehingga bersaing dalam kualitas dan harga benang tersebut.

Sementara itu H Asep salah seorang perajin kain tekstil Majalaya  mengaku, benang limbah hasil olahan membantu perajin kain tetap bertahan produksi karena harga terjangkau, jika mengandalkan benang original harganya melambung.

Persaingan harga kain perajin tekstil Majalaya, kata dia, semakin ketat sehingga berbagai siasat harus dilakukan supaya usaha mereka tetap berjalan karena mampu serap ribuan buruh harian lepas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement