REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengiriman bantuan untuk rakyat Palestina kembali terhambat perizinan dari pemerintah Mesir. Akibatnya, sejumlah organisasi kemanusiaan belum dapat menyalurkan hasil penggalangan dana.
Padahal masyarakat Palestina yang masih digempur tentara Israel sangat membutuhkan pertolongan awal untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari di tengah situasi perang.
“Kalau dulu pada 2008-2009, penyerahan bantuan bisa sampai ke Rafah dan dari sana bantuan disampaikan, tapi sekarang, pengiriman bantuan untuk masuk ke Sinai saja sudah tidak bisa,” kata salah satu penggagas organisasi nirlaba Medical Emergency Rescue-Committee (MER-C) Joserizal Jurnalis kepada Republika, Jumat (1/8) saat dihubungi melalui telepon.
Ia menduga, sulitnya perizinan dalam menjangkau Palestina melalui Mesir akibat tengah terjadi konflik internal di negeri piramida itu. Pergolakan internal di Mesir terutama di kawasan Sinai dan Kairo, lanjut dia, membuat pemerintah Mesir menutup sementara akses menuju ke sana. Otomatis, keterjangkauan bala bantuan menuju Paletina pun menjadi terhambat.
Makanya, MER-C yang telah mengirimkan tim kemanusiaan sejak Ramadhan hingga saat ini masih berupaya melakukan lobi dengan Mesir, di samping tetap juga mengirimkan bantuan dengan jalan lain dengan segala keterbatasannya. Misalnya dengan melakukan transfer uang untuk nantinya dibelanjakan oleh tim yang memang sudah berada di Palestina.
“Bantuan secara langsung lebih kita utamakan,” lanjutnya.
Jose pun meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk turun langsung, melakukan lobi dan diplomasi kepada Presiden El Sisi, agar pengiriman bantuan dari Indonesia ke Palestina bisa lancar. Sebab dalam melakukan lobi, Negara lah yang paling berwenang dan berkompeten untuk melakukan upaya diplomasi.
“Tidak cukup dengan surat terbuka atau lobi jarak jauh, tolong Presiden meluangkan waktu sekitar lima hari saja, bicara dengan El Sisi,” katanya.
Ia bercerita, tim yang terdiri dari 19 orang merupakan relawan konstruksi yang tengah menyelesaikan detai Rumah Sakit Indonesia yang rencananya akan dihadiahkan untuk warga Palestina. Selain itu, mereka juga bertugas membangun Wisma Indonesia serta memperbaiki masjid yang terletak di belakang rumah sakit yang bangunannya mengalami kerusakan akibat serangan Israel.
Sebelum berangkat, lanjut dia, tim telah dibekali uang sebanyak 100 ribu USD. Setengah dari uang tersebut dibelikan bahan makanan, beras, gandum dan daging. Mereka juga membawa titipan uang tunai sebesar 300 USD untuk dibagikan kepada masyarakat Palestina. “Tiga minggu berlalu, perekalan tim menipis, makanya harus segera dipasok lagi,” ujarnya.
Sambil menunggu pintu Rafah dibuka, MER-C telah menyiapkan uang mencapai enam miliar rupiah untuk nantinya dibelanjakan bahan makanan dan obat-obatan. Jose menjelaskan, pembelanjaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang didapat dari informasi dari Tim. Makanya, komunikasi intens pun terus dilakukan.