Senin 28 Jul 2014 05:57 WIB

Nelayan di Daerah Ini Alami Masa Paceklik

Red: M Akbar
Nelayan AS (ilustrasi)
Foto: AP
Nelayan AS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Nelayan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sedang menghadapi masa paceklik lantaran cuaca di laut memburuk sehingga mereka membatasi melaut.

"Saat ini sedang musim angin kencang makanya nelayan di sini mengurangi aktivitas di laut. Lagi pula, hasil tangkapan sedikit," kata Kepala Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit, Satar.

Desa Ujung Pandaran merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya adalah nelayan. Desa yang terletak sekitar 85 kilometer dari Sampit, Ibu Kota Kabupaten Kotim tersebut juga merupakan objek wisata pantai andalan daerah ini.

Saat cuaca laut sedang buruk seperti sekarang, nelayan setempat mengisi kesibukan dengan memperbaiki perahu atau membantu istri mereka berjualan makanan dan minuman di objek wisata Pantai Ujung Pandaran.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, nelayan menggunakan tabungan yang mereka simpan saat hasil tangkapan lumayan banyak. Jika pun ada yang tetap melaut, mereka hanya mencari ikan di kawasan pinggir untuk menghindari kecelakaan akibat angin kencang.

Hasil tangkapan nelayan setempat biasanya dibeli oleh pedagang dari Sampit, bahkan dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Namun karena terbatasnya sarana serta biaya produksi tinggi akibat mahalnya harga bahan bakar minyak, selama ini hasil yang mereka peroleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Satar bersyukur masa paceklik kali ini bertepatan dengan musim libur lebaran sehingga warga desanya masih ada harapan mendapat penghasilan dari sektor pariwisata setempat. Biasanya saat libur lebaran, pantai Ujung Pandaran dipadati ribuan wisatawan, baik dari Kotim maupun daerah lainnya di Kalteng.

"Kami memberdayakan masyarakat, mudah-mudahan ada manfaat dari momen ini. Para pria ikut jadi panitia, juru parkir dan petugas lainnya, sedangkan para ibu-ibu rumah tangga berjualan makanan dan minuman. Biasanya hasilnya cukup lumayan," kata Satar.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement