Ahad 27 Jul 2014 09:00 WIB

Wawancara JK: Kampanye Hitam Sangat Masif

Rep: Andi M Ikhbal/ Red: Erik Purnama Putra
Muhammad Jusuf Kalla di kediamannya, Jumat (26/7).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Muhammad Jusuf Kalla di kediamannya, Jumat (26/7).

REPUBLIKA.CO.ID, Ada rutinitas Jusuf Kalla (JK) yang sukar digugat pada pagi hari. Ia biasa memulai hari dengan membaca sekira 10 eksemplar koran. "Saya membaca semua laporan, update semua data, apa masalah pemerintahan ini, dan bagaimana menghadapi nya," kata JK.

Ketika disambangi Republika di kediamannya di Darmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (25/7), ia sedang di pengujung rutinitas tersebut.

Ada semacam gairah baru pada JK, selepas pengumuman pemenang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014. Ia bicaranya penuh semangat. Berikut petikan wawancaranya dengan Republika.

Menurut Anda, apa kunci kemenangan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-JK?

Sejak awal, kita sudah perhatikan survei yang beredar. Jokowi memang punya potensi untuk menang bila mencalonkan diri dalam Pilpres 2014. Sebenarnya kunci kemenangan itu ada tiga: dikenal, disukai, dan dipilih. Kalau poin dikenal, dia sudah pasti banyak orang kenal.

Lalu, disukai masyarakat dan ke mungkinannya besar untuk dipilih. Namun, dalam kompetisi, ada persaingan ketat. Itu terlihat saat masa kampanye. Dari sana terlihat ke cenderungan masyarakat terhadap Jokowi mulai menurun. Kampanye hitam sangat masif.

Mereka sulit menemukan negatif kandidat Jokowi-JK, apakah pernah korupsi, pelanggaran HAM, kantidak ada. Tim bullah kam panye hitam yang luar biasa masif, kita tak menduga semasif itu. Sedangkan, kami menyerang Prabowo-Hatta dengan dugaan kasus pelanggaran HAM-nya. Jadi, selama kampanye kemarin, kami berdua sama-sama sibuk klarifikasi serangan.

Kampanye seolah beralih, bukan lagi soal penyampaian program serta visi-misi, tapi juga pembelaan atas pernyataan-pernyataan lawan. Makanya, isi pidato saya kemarin hanya soal Jokowi adalah Islam yang baik, kita tak akan hilangkan sertifikasi guru, dan lain-lain.

Kalau dilihat 60-70 persen kampanye Jokowi-JK larinya ke pesantren karena mereka yang paling terkena dampak dari serangan black campaign itu. Selama tiga pekan terjadi seperti itu. Kampanye positif tak jalan kecuali di dalam debat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement