Senin 21 Jul 2014 15:27 WIB

Pupuk Langka dan Mahal, Petani Menjerit

Rep: Lilis Handayani/ Red: Asep K Nur Zaman
Petani menabur pupuk urea (ilustrasi)
Foto: Antara
Petani menabur pupuk urea (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU – Nasib malang acap melanda kalangan petani di Indonesia. Kali ini para petani di berbagai kecamatan di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kesulitan memperoleh pupuk urea yang sangat mereka butuhkan.

Jikapun pupuk itu ada, harganya jauh melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. ‘’Para petani di berbagai daerah sedang sangat membutuhkan pupuk urea, tapi pupuknya tidak ada,’’ ujar Wakil Ketua Kelompok Tani dan Nelayanan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, kepada Republika, Senin (21/7).

Dia menyebutkan, berbagai daerah yang saat ini sangat membutuhkan pupuk adalah Kecamatan Krangkeng, Balongan, Indramayu, Cantigi, Arahan, Kandanghaur, Lohebern, Bongas, Patrol dan Sukra. Tanaman padi di daerah-daerah itu rata-rata berumur 15–20 hari sehingga harus dilakukan pemupukan pertama.

‘’Kalau tidak dilakukan pemupukan, tanaman padi akan menurun produksinya,’’ kata Sutatang.

Jikapun pupuk itu tersedia, menurut Sutatang, harganya sangat tinggi. Untuk urea, Rp 2.800 per kilogram. Padahal berdasarkan HET, harganya hanya Rp 1.800 per kg.

Sutatang berharap, kelangkaan dan mahalnya harga pupuk urea subsidi segera teratasi. Apalagi, dia mendapat informasi dari Ketua KTNA Nasional, Winarno Tohir, bahwa APBNP sudah final dan subsidi pupuk anorganik sudah ditambah.

Itu berarti, hanya tinggal menunggu peraturan menteri pertanian (permentan) yang kemudian djabarkan dalam bentuk peraturan gubernur (pergub) dan peraturan bupati (perbup).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement