REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mewaspadai peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menyusul cuaca yang tidak menentu dalam beberapa pekan terakhir. Kewaspadaan ditingkatkan mengingat jumlah kasus DBD hingga 17 Juli telah mencapai 324 kasus dengan tiga orang meninggal dunia.
"Kami terus terang khawatir dengan penyakit endemis DBD karena berhubungan dengan masih adanya hujan dan cerah beberapa hari. Kondisi ini kondusif untuk perkembangbiakan nyamuk," ujar Kepala Dinkes Sleman, Mafilindati Nuraini, Ahad (20/7).
Kasus DBD di Sleman terjadi sepanjang tahun. Pada Juni lalu, kasus DBD telah tercatat 36 kasus. "Puncak kasus DBD biasanya akhir hingga awal tahun," ungkap Linda.
Jumlah kasus DBD tertinggi terdapat di Kecamatan Gamping, Depok, Godean, Mlati, dan Kalasan. Sementara korban meninggal berasal dari Kecamatan Godean dan Berbah.
Penanggulangan kasus DBD di Sleman ditegaskan Linda tidak bisa hanya diserahkan ke petugas kesehatan. Menurutnya, partisipasi masyarakat merupakan penentu utama pemberantasan nyamuk yang menyebabkan DBD. "Masyarakat harus rutin memberantas sarang nyamuk dengan menguras dan menutup tandon air," ungkapnya.
Setelah ada gejala pun, masyarakat diminta aktif memeriksakan kondisi ke layanan kesehatan. Jika panas mendadak selama dua hari, warga harus periksa dan darahnya dicek di laboratorium. Dengan kondisi Sleman yang sebagian merupakan perkotaan padat penduduk, penularan DBD dinilai semakin rawan.
Kabid Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sleman, Novita Krisna menambahkan penanggulangan DBD dengan penyemprotan pestisida tidak efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Penanggulangan harus dilakukan dengan memutus siklus hidup nyamuk dari jentik dan telur.
"Bak air jangan hanya dikuras, tapi harus disikat untuk membersihkan telur nyamuk," ungkapnya.
Selain PSN, Sleman menjadi wilayah penelitian pemberantasan nyamuk dengan bakteri Wolbachia yang dilakukan peneliti UGM. Proses pelepasliaran nyamuk berbakteri di wilayah Sleman sudah selesai dilakukan. Namun, hasil dari penelitian tersebut dikatakan Novita baru bisa terlihat dalam jangka panjang.