Kamis 17 Jul 2014 20:35 WIB

15 Persen Jajanan Berbuka Kandung Bahan Berbahaya

Pasar Senen, Jakarta menjadi tempat khas untuk berburu takjil dan makanan khas Minang seperti Bubur Kampiun, Lemang, jajanan, dan lauk-pauk khas Minang. Setiap Sore kawasan ini menjadi pasar dadakan yang dikunjungi pemburu kuliiner untuk berbuka puasa.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pasar Senen, Jakarta menjadi tempat khas untuk berburu takjil dan makanan khas Minang seperti Bubur Kampiun, Lemang, jajanan, dan lauk-pauk khas Minang. Setiap Sore kawasan ini menjadi pasar dadakan yang dikunjungi pemburu kuliiner untuk berbuka puasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan menemukan 15 persen jajanan takjil dari 1.445 sampel yang diuji mengandung bahan berbahaya.

"Pengambilan sampel dilakukan pada para penjaja di pasar tradisional, toko, swalayan dan tempat-tempat yang khusus menjual pangan buka puasa di berbagai daerah," kata Kepala BPOM Roy Sparringa usai melakukan sidak ke Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis.

Dari 1.445 sampel yang diambil dan diuji, sebanyak 1.225 sampel (84,8 persen) memenuhi syarat dan 220 sampel (15,2 persen) tidak memenuhi syarat.

Sampel yang tidak memenuhi syarat itu antara lain 85 sampel mengandung formalin, 44 sampel mengandung boraks, 70 sampel mengandung rhodamin B dan 21 sampel mengandung metanil yellow.

Bandung merupakan daerah yang memiliki persentase makanan takjil tidak memenuhi syarat terbesar yaitu mencapai 70 persen.

"Kota-kota lain yang juga ditemukan makanan takjil tidak memenuhi syarat terbanyak adalah Palembang, Jakarta, Makassar dan Serang. Semuanya di atas 15 persen," kata Roy.

Roy mengatakan pemeriksaan yang dilakukan di Jakarta menemukan sekitar 20 persen makanan takjil mengandung bahan berbahaya.

Jenis pangan yang diuji meliputi bakso, jelly, agar-agar, es cendol, es campur, bubur kolak, bubur ketan hitam, bubur kacang hijau, batagor, empek-empek, lontong dan lain-lainnya.

"Khusus untuk penganan kerupuk, semua sampel yang kita temukan positif memakai pewarna tekstil," kata Roy.

Ia menegaskan bahwa BPOM akan terus melakukan pengawasan terhadap makanan-makanan berbuka puasa tersebut dan termasuk juga mencari produsennya. "Pengawasan ke hulu, ke produsen makanan-makanan ini yang paling penting," kata Roy.

BPOM disebutnya akan mengambil tindakan-tindakan pengawasan dan penertiban yang dibutuhkan terhadap produsen yang sengaja menggunakan bahan berbahaya dalam produk makanannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement