REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Sutarman memerintahkan kepada Kapolda DIY Brigjen Oerip Subagyo untuk menjaga toleransi di Yogyakarta. Oerip baru saja menggantikan Brigjen Haka Astanam Madya, yang kini dirotasi menjadi Staf Ahli Manajemen (Sahlijemen).
Menurut Sutarman penting untuk mengantisipasi kemungkinan adanya konflik agama di daerah tersebut. Masalahnya, baru saja terjadi penyerangan terhadap sebuah rumah yang dijadikan tempat ibadaj pada akhir Mei dan awal Juni 2014.
Sutarman melanjutkan, Yogyakarta disebut sebagai lokasi dengan tingkat keragaman yang tinggi dari suku dan agama.
"Banyak pendatang, seperti mahasiswa dan orang yang tinggal di sana," ujarnya ketika melantik Oerip, Rabu (16/7).
Pencegahan konflik sudah menjadi bagian tugas Polri, yaitu dengan langkah pengamanan yang terstruktur. Pencegahan dikonsentrasikan agar konflik tidak terulang lagi.
Pengamanan yang terstruktur ialah memetakan kerawanan di sejumlah titik di Yogyakarta.
"Petakan kerawanan yang bersumber dari keragaman suku dan agama, jangan sampai terjadi konflik yang merupakan sumber intoleransi terhadap perbedaan yang ada, khusunya agama," kata Sutarman.
Pada 29 Mei 2014, kediaman Julius Felicianus, di Kompleks Perumahan STIE YKPN Sleman DIY, dibubarkan sekelompok orang. Tidak lama kemudian, pada 1 Juni 2014, Dusun Pangukan, Desa Tridadi, Kecamatan Sleman, DIY menjadi saksi pembubaran warga yang sedang menjalankan ibadah.
Dari kejadian itu, Sutarman sempat memberikan arahan agar rumah tidak dijadikan tempat beribadah. Jika hanya pengajian semata diperbolehkan, namun untuk ibadah yang sifatnya menetap harus meminta izin ke Pemda setempat dan persetujuan masyarakat.