Senin 14 Jul 2014 21:00 WIB

Keamanan NTT Kondusif, Anggota TNI Ditarik

TNI AD
Foto: epublika/Aditya Pradana Putra
TNI AD

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Komandan Korem 161/Wira Sakti Brigjen TNI Achmad Yuliarto mengatakan keamanan di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) tetap terkendali pascapemilu presiden sehingga pasukan mulai ditarik dari sejumlah daerah.

"Satu peleton pasukan Yonif 743/PSY yang ditempatkan di Sumba Barat Daya sebelum Pemilu Presiden, 9 Juli lalu, sudah ditarik hari ini ke markas batalyon," katanya di Kupang, Senin, saat diminta informasi soal kondisi keamanan di daerah operasi Korem Wira Sakti Kupang itu.

Kendati kondisi keamanan masih dapat terkendali dan aman, katanya, pasukan tetapi siaga di setiap markas, sambil terus melakukan pemantauan dan pemantapan situasi.

Ia mengingatkan semua pendukung pasangan kandidat untuk tetap tenang dan menunggu hasil resmi pilpres dari KPU pusat.

Hal itu, katanya, berarti setiap pendukung tidak melakukan hal-hal yang bisa memprovokasi situasi, dengan melakukan kegiatan perayaan dan ucapan kemenangan yang berlandaskan pada hasil hitung cepat oleh lembaga survei.

"Jika mau merayakan kemenangan, tunggulah sampai hasil resmi dari KPU," kata Achmad.

Dia juga mengatakan ada sejumlah daerah di provinsi kepulauan itu yang rawan konflik sehingga menjadi prioritas pengamanan.

Sejumlah daerah itu, di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Kecamatan Adonara di Flores Timur, Kota Kupang serta di sejumlah kabupaten di daerah perbatasan RI-Timor Leste, seperti, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Belu, dan Malaka.

"Daerah-daerah inilah yang jadi perhatian khusus," kata Brigjen Achmad.

Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Dansatgas Pamtas) RI-Timor Leste, Batalyon Infantri 742/SWY, Letkol Inf Fransiskus Ari Susetio, mengatakan kondisi keamanan di perbatasan antara dua negara bersaudara itu, tetap terkendali dan aman.

"Kondisi saat ini masih landai dan aman, namun pengawasan dan pengetatan di setiap lintasan, termasuk 'jalur tikus' tetap dilakukan personel Satgas Pamtas," katanya ketika dihubungi dari Kupang.

Dia mengaku personel yang menjaga sejumlah titik rawan "jalan tikus" di wilayah Kabupaten Belu, Malaka, dan Timor Tengah Utara (TTU), telah digeser ke perkampungan yang berbatasan langsung dengan perkampungan wilayah Timor Leste.

Hal itu, kata dia, untuk memudahkan pemantauan, upaya penerobosan wilayah oleh warga masing-masing.

Selain itu, katanya, dengan berada di wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste akan memudahkan personel TNI unsur Satgas Pamtas Yonif 742/SWY, melakukan sejumlah kegiatan sosial, ekonomi masyarakat, termasuk penguatan nasionalisme.

Ia menjelaskan pada tiga hari menjelang dan tiga hari setelah pelaksanaan pemungutan suara Pemilu Presiden, 9 Juli lalu, personel TNI unsur Satgas Pamtas dikerahkan ke sejumlah pintu lintas batas negara, termasuk "jalur tikus" penyeberangan ilegal masyarakat, untuk menjaga kemungkinan terjadinya mobilisasi massa dari dan ke negara bekas provinsi ke-27 Indonesia itu, mengingat pemilu presiden di Timor Leste berlangsung pada 5 Juli.

"Namun hingga saat ini kondisi masih sangat aman dan terkendali," katanya.

Pemilu Presiden, 9 Juli 2014, diikuti dua pasangan kandidat, masing-masing Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement