REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut dua, Jusuf Kalla (JK) memetakan perjalanan strategi politik selama masa kampanye di Pilpres 2014. Menurut dia, pasangan Jokowi-JK lebih unggul karena memiliki momentum yang tepat.
Dia mengatakan, pada pekan pertama kampanye, hal yang menjadi pokok pembicaraan adalah 'perang bintang'. Kedua kubu sama-sama mengklaim suara dari purnawirawan jendral.
"Setelah ini, ada titik kesadaran kalau ini tidak bisa menjadi basis suara, maka kami beralih kepada pendekatan ke tokoh agama," kata JK di sela-sela perbincangan santai bersama para awak media, Selasa (8/7).
Dia menambahkan, pekan kedua hingga 'injury time' ini, kedua kubu mengoptimalkan kekuatan di elemen agama. Bukan hanya Jokowoi-JK, kata dia, kompetitornya Prabowo-Hatta juga melakukan hal serupa.
Namun motif dari Jokowi-JK awalnya adalah untuk menepis kampanye hitam berbau SARA yang ditudingkan kepada capres Jokowi. Selama tiga pekan masa kampanye, mereka sibuk mengklarifikasi fitnah tersebut.
JK mengakui, adanya serangan itu membuat elektabilitas Jokowi-JK cenderung turun, bahkan hampir disusul pasangan kandidat nomor urut 1.
"Visi misi serta program hanya menjadi selipan di sela-sela orasi politik kami ketika kampanye," ujar dia.
Di pekan keempat, pendekatan ke tokoh agama itu membuahkan hasil. Pelan-pelan, menurut dia, elektabilitas Jokowi-JK kembali meningkat. Bahkan, basis massa yang hanya ditargetkan pada kelangan masyarakat bawah, sekarang justru mulai berimbang dari golong kelas menangah.
"Mereka yang berpendidikan melihatnya dari debat pilpres 5 kali berturut-turut kemarin. Kami membuka dan menutup debat dengan baik," kata dia.