Rabu 02 Jul 2014 17:30 WIB

Ratusan Anak di Dolly Alami Kekerasan

Kawasan Dolly.
Foto: Antara
Kawasan Dolly.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Yayasan Crisis Center Cahaya Mentari (CCCM) menyatakan selama 2006 hingga 2014 ditemukan sebanyak 397 kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di lokalisasi Dolly Kota Surabaya.

Aktivis Yayasan Crisis Center Cahaya Mentari, Mariani, Rabu, mengatakan dari 397 kasus tersebut, rinciannya, kekerasan domestik atau kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga sebanyak 81 kasus, terdiri atas 49 laki-laki dan 32 perempuan. Kekerasan seksual anak sebanyak 45 kasus, terdiri atas 15 laki-laki dan 30 perempuan.

"Untuk anak laki-laki biasanya menjadi korban sodomi. Sedangkan untuk perempuan karena diperkosa. Para pelaku kekerasan biasanya orang dekat seperti keluarganya sendiri," kata Mariani pada jumpa pers di kantor Humas Pemkot Surabaya.

Menurut dia, kekerasan dalam segi ekonomi, seperti memaksa menjadi pengemis, sebanyak delapan kasus terdiri atas enam anak laki-laki dan dua perempuan.

Sedangkan anak berhadapan dengan hukum seperti terlibat kasus kejahatan sebanyak 18 kasus yang terdiri atas 16 anak laki-laki dan perempuan dua anak. Anak tidak sekolah sebanyak 81 kasus dengan rincian 54 laki-laki dan 27 perempuan.

Penelantaran anak sebanyak 14 kasus terdiri atas laki-laki sebanyak 11 anak dan perempuan 3 anak. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebanyak 134 kasus dengan rincian menimpa laki-laki sebanyak 19 anak dan perempuan 115 anak.

Sedangkan untuk trafficking atau perdagangan manusia sebanyak 16 kasus dengan rincian dua laki-laki dan 14 perempuan. "Anak-anak yang tinggal di sekitar lokalisasi ini kondisinya sangat memprihatinkan," katanya.

Psikiater dr Agung Budi Setiawan SpKJ mengatakan, jika banyak lembaga yang melakukan pendampingan terhadap anak-anak yang ada di lokalisasi Dolly, bisa dipastikan jumlah kasus yang ditemukan akan lebih banyak lagi.

Hal ini dikarenakan kasus kekerasan terhadap anak ibarat fenomena gunung es. Banyak sekali kejadian yang tidak terlaporkan. "Dari jumlah data tersebut, itu tentu sangat memprihatinkan

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement