REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong.
Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok.
Untuk saat ini Menteri Kesehatan membuat peraturan seluruh bungkus rokok dengan menyertakan peringatan bergambar tentang bahaya rokok.
Bahaya rokok tanpa mengenal siapa yang menghirupnya, wanita, pria, baik berumur tua, remaja, anak anak bahkan batita, semua terdapat dalam daftar pecandu rokok, baik yang aktif maupun pasif.
Bahkan slogan ‘Ga Ngerokok Gak Gaul’ itu beredar di kalangan masyarakat bahkan para pelajar muda yang memiliki tingkat penasaran yang tinggi.
Awalnya dari rasa ingin tahu dengan merokok karena melihat lingkungan, kemudian penasaran ingin mencoba, selanjutnya mencoba merokok, dan pada akhirnya ketagihan.
Ketika liburan sekolah seperti ini kebanyakan para pelajar mengisi liburnya dengan berkumpul dan mengobrol dengan teman-temannya untuk menghabiskan waktu, di sela-sela waktu tersebut kebanyakan mereka merokok.
Contohnya saja Rizki Maulana (16 tahun) bersama tiga temanya yang duduk dibangku kelas dua Sekolah Menengah Atas, menurutnya, rasa ingin tau saja tentang nikmatnya merokok tak hanya terpaku pada satu jawaban saja. Ia berpendapat bahwa rokok sudah termasuk kebutuhan hidupnya.
"Penasaran sih yang dirasain awalnya, yah akhirnya jadi ketagihan," jelasnya.
Namun salah satu teman rizki yang bernama Firmansyah mengatakan karena kedua orang tuanya merokok, sehingga ia diberikan izin mengunakan rokok.
“Rokok dan kopi sudah jadi bagian saya, kalau engga sehari aja rasanya kurang,” paparnya.
Mereka menyebutkan bagi mereka perubahan bungkus rokok dengan gambar seram dampak merokok tidak terlalu berpengaruh, karena menurut Firmanyah, “Ah.. anak sekolahan jarang beli bungkusan, banyaknya pake ketengan jadi ga sering liat,” jelasnya.
Namun mereka pun merasa ngeri akan dampak rokok yang digambarkan pada bungkuk bungkus rokok itu.
“Ngeri baru tau ampe segitunya dampaknya, ini juga agak dikurangin yang biasanya bisa sampai 6 batang sehari sekarang jadi 3-4 batang aja,” jelas rizki.
Lain halya dengan pelajar yang tidak merokok berpendapat, Luthfialam (15 tahun) yang bersekolah di SMA 12 Jakarta yang tidak menggunakan rokok karena menurutnya tidak ada gunanya merokok.
Ia tidak merasa penasaran dikarenakan telah mengetahui hal yang ditimbulkan oleh rokok, "Ssaya dan teman teman dekat saya banyaknya sih ga ngerokok, jadi ga penasaran,” ujarnya.
Sementara itu, para pemakai, para penjual sedikit ditakutkan dengan berubahnya bungkus rokok yang berubah menjadi bergambar dampak penggunaan rokok terebut.
Sambil membereskan barang dagangannya Tono (38 Tahun) mengatakan ia merasa sedikit risau dengan penjualan rokok di warungnya yang merupakan penjuaan yang menyumbang omset terbesar.
“Yah, mudah mudahan ga berkurang, soalnya nanti saya rugi, tapi kalau warung kan untungnya jual ketengan,” paparnya sambil melihatkan kaleng yang berisi rokok ecerannya.
Menurutnya dengan harga eceran yang mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 1.500 perbatang ia dapat keuntungan kurang lebih Rp 5-10 ribu lebih besar dari harga apabila ia menjualnya perbungkus.
“Liat rokok ini isinya 20 biji harganya 15 ribuan, kalau satuan saya jual 1000an, jadi tiap bungkus kalau saya jual untungnya nyampe 5 ribu, lain lagi sama merek itu atau itu," paparnya sambil menunjukan merek-merek rokok yang dijualnya.
Tono Karsim (52 tahun), penjual rokok eceran di Pasar Minggu dengan membawa barang daganganya terikat di dadanya, menjelaskan bahwa ia tidak terlalu merasa kwatir dengan bungkus rokok baru tersebut.
“Ah yang ngerokok itu kalo udah ketagihan susah berhentinya, yah mau gambrnya kaya apa kayanya susah tapi mungkin aja ada orang yang mau berhenti ngerokok,” jelasnya sambil melayani pembeli rokok yang menghampirinya.
“Kita yang namanya usaha yah berusaha buat barang yang kita jual agar dibeli, jadi saya mending jual eceran aja, lagian banyaknya sopir Mikrolet atau Kopaja belinya banyak yang satuan,” paparnya.
"Tapi saya baru tau sampai segitunya dampaknya ya, kirain cuma cerita aja," katanya sambil melotot saat melihat gambar dari rokok tersebut.