Kamis 26 Jun 2014 18:33 WIB

Tidak Ada Krisis Saat Indosat Dijual

Petugas melakukan perawatan berkala pemancar Indosat, Jakarta, Senin (23/6).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Petugas melakukan perawatan berkala pemancar Indosat, Jakarta, Senin (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Fadhil Hasan mengatakan tidak ada krisis ekonomi saat penjualan PT Indosat ke Temasek pada 2002 (masa pemerintahan Megawati) karena ekonomi sedang mengalami akselerasi pertumbuhan.

"Pada periode Megawati Soekarnoputri itu pertumbuhan ekonomi sudah sangat baik itu sudah 4 persen, inflasi 9,5 persen, produksi minyak 1,2 juta barrel per hari beda dengan sekarang yang hanya 800 ribu barrel per hari dan terus turun, artinya saat itu ekonomi sedang mengalami akselerasi pertumbuhan," ujar Fadhil Hasan saat diskusi "Mengungkap Sejarah Sisi Gelap Penjualan Indosat" di Jakarta, Kamis (26/6).

Menurut dia pada masa pemerintahan Habibie sebenarnya ada stabilisasi ekonomi Indonesia. Habibie menstabilkan rupiah pada Rp6 ribu -7 ribu per dolar Amerika Serikat.

"Sedangkan pada zaman Gus Dur pertumbuhan ekonomi mulai positif sehingga saat Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai presiden pertumbuhan ekonomi mengalami akselerasi pertumbuhan sebesar 4 persen," ujar dia.

Sehingga jawaban yang disampaikan Jokowi bahwa Indonesia mengalami krisis ekonomi saat terjadinya penjualan Indosat ke Temasek itu tidak benar.

"Jadi kalau saat itu mengalami krisis, itu gambaran tidak benar," ujar dia.

Kemudian, kalau alasannya untuk menutupi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang defisit sebenarnya tidak perlu menjual Indosat yang memiliki nilai strategis bagi Indonesia. Perlu diingat bahwa Indosat itu mempunyai orbit dan frekuensi yang lebar.

"Artinya defisit yang digunakan untuk menutupi defisit APBN tidak harus ditutupi dengan menjual Indosat waktu itu dan defisit pada waktu itu tidak menunjukkan krisis ekonomi Indonesia, karena pertumbuhan ekonomi sudah 4 persen," kata dia.

Ia menegaskan pernyataannya untuk meluruskan gambaran sebenarnya yang terjadi saat penjualan Indosat ke Temasek pada 2002.

"Saya tidak mempunyai motivasi politik karena baginya siapapun yang menyatakan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang terjadi maka akan diluruskan," kata dia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement