REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Police Watch (IPW) menilai DKI Jakarta sudah dikuasai preman. Ini terbukti dengan adanya kasus pembakaran terhadap juru parkir liar di kawasan Monas, Selasa (24/6).
''Ini menggambarkan memang benar ibukota Jakarta sudah dikuasai preman,'' kata Presidium IPW, Neta S Pane, Kamis (26/6).
Menurut Neta, Jakarta sekarang ini sudah berada dalam kondisi darurat preman. Sayangnya, menurut dia, Polda Metro Jaya masih belum mampu mengatasinya. Alhasil, aksi-aksi premanisme makin sadis karena merasa dibiarkan aparat kepolisian.
Seperti diketahui pada Selasa (24/6) malam, Yusri (47 tahun) diduga dibakar oleh seorang oknum TNI. Pembakaran dilakukan karena Yusri yang merupakan juru parkir liar di Monas tidak memberikan setoran jatah preman sebesar Rp 50 ribu.
''Kita prihatin dengan peristiwa ini. Pemerintah tidak boleh membiarkan kasus ini dan harus mendesak Pom TNI maupun Polri mengusutnya. Sebab aksi sadis ini terjadi di sekitar Istana Kepresidenan dan di pusat pemerintahan RI maupun pusat pemerintahan Jakarta,'' kata Neta.
Ia melanjutkan, sangat ironis jika di sekitar pusat pemerintahan RI sudah dikuasai preman dan preman tersebut bebas berbuat apa yang diinginkannya.
Menurut Neta, Kasus ini merupakan gambaran, para preman di Jakarta makin sadis dan polisi makin tak berdaya.
Dari pendataan IPW, para preman di Jakarta terdiri dari oknum aparat keamanan, oknum aparat pemda, oknum ormas, dan kelompok masyarakat lainnya.
Di Jakarta sedikitnya ada 15 kelompok besar preman, yang sebagian besar terdiri dari beberapa suku. Kelompok-kelompok ini umumnya dilindungi oknum aparat, sehingga mereka bebas berkuasa.
''Bahkan kawasan di depan Polda Metro Jaya, tepatnya di Parkir Timur Senayan dikuasai tiga kelompok preman dan polisi membiarkannya saja,'' kata Neta.