REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sidang penentuan awal Ramadhan dan satu Syawal dikabarkan menelan biaya hingga Rp 100 juta. Sebagaian besar dana tersebut dialokasikan untuk akomodasi para tamu yang diundang dalam sidang isbat.
''Seluruh ormas Islam se-Indonesia diundang, termasuk Pak Din Syamsudin (ketua MUI) juga hadir,'' kata Sekretaris Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam, Muhammadiyah Amin, kepada Republika, Rabu (25/6), di Jakarta.
Menurut Amin, alokasi dana sebesar Rp 100 juta masih relatif kecil jika dibandingkan dengan urgensi dari sidang isbat yang ditujukan untuk kepentingan umat. Ia mengatakan, pemerintah berkewajiban menetapkan satu Ramadhan dan satu Syawal karena negara bertanggung jawab terhadap mayoritas umat Islam yang membutuhkan kepastian hukum dalam menjalankan ibadah puasa.
Untuk tamu undangan, Amin menjelaskan, terdiri dari sejumlah pakar dari ahli sidang rukyat dan ahli astronomi yang mengauasai ilmu falak. Dalam sidang itu dijadwalkan diundang 40 organisasi masyarakat (ormas) Islam se-Indonesia. Dana tersebut dikucurkan dari kas kantor Kementerian Agama untuk membiayai keberangkatan anggota sidang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
''Jadi jika tahun kemarin ada yang menyebut kalau Kemenag menghabiskan dana Isbat sampai Sembilan miliar, itu fitnah,'' ujarnya.