REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto mengaku mendapatkan ancaman setelah dirinya memberikan pernyataan pers terkait hasil rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) menyangkut capres Prabowo Subianto pada Kamis (19/6) lalu. Usai memberikan keterangan kepada wartawan, menurutnya, banyak reaksi berlebihan yang muncul dari pihak tertentu.
"Ada suatu reaksi yang saya anggap cukup keras bahkan saya anggap berlebihan, dengan kata yang tidak pantas dan tidak patut. Bahkan disertai ancaman-ancaman kepada saya," kata Wiranto usai diperiksa Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), di Gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa (24/6).
Menurut dia, pernyataan yang disampaikannya pekan lalu sudah sangat proporsional. Untuk memberikan penjelasan atas permintaan dan dorongan dari berbagai pihak. Terkait beredarnya produk DKP di tengah masyarakat.
Dorongan agar ia memberikan pernyataan, lanjut Wiranto, juga datang dari kubu pasangan capres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Bahkan secara tidak langsung permintaan untuk menjelaskan kepada masyarakat juga dilontarkan Prabowo sendiri. Saat debat perdana pasangan capres-cawapres yang digelar KPU pada 9 Juni 2014.
"Disampaikan beliau (Prabowo) bahwa menyangkut HAM dan masa lalu tanyakan saja pada atasan saya. Inilah yang kemudian menjadi dasar saya untuk memberikan penjelasan," jelas Wiranto.