Selasa 24 Jun 2014 02:35 WIB

Kekeringan Mulai Landa Boyolali Utara

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Yudha Manggala P Putra
kekeringan - ilustrasi
kekeringan - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Dampak musim kemarau sudah mulai dirasakan penduduk bermukim di Kabupaten Boyolali sisi utara. Sudah dua pekan ini, warga di Kecamatan Juwangi, Musuk, Juwangi, Wonosegoro, dan Kemusu, sedikit kesulitan mendapatkan air baku.

Kondisi air sumur maupun sungai di sana sudah mulai mengering. Untuk mendapatkan air baku, warga terpaksa  membuat lubang kecil, atau belik di bekas aliran sungai yang mengering. Ini air bisa keluar, walau debit sangat kecil. Upaya membuat sumur bor pun sudah dilakukan, namun gagal. Air tak bisa keluar.

Hadi Purwanto (50), warga Dukuh Klewor, Desa Klewor, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, mengaku, memasuki musim kemarau ini warga sudah kesulitan air bersih. Setiap musim kemarau, kesulitan air bersih menjadi masalah klasik bagi warga. ''Kondisi saat ini, sungai dan sumur yang menjadi andalan warga sudah tidak keluar airnya,'' kata dia, Senin (23/6).

Guna memenuhi kebutuhan air bersih, warga membeli air atau membuat bilik rembesan di sungai. Air dari bilik resapan dimanfaatkan untuk kebutuhan mencuci dan mandi. Hanya saja, untuk kebutuhan air bersih yang khusus diminum, warga tetap membeli. Harga Rp 1.500 per jerigen isi  25 liter. Namun, ada pula yang menyedot air dari Waduk Kedung Ombo dengan menggunakan mesin diesel.

Warga Kecamatan Juwangi, Setyawan (45) warga Dukuh Cungkup, Desa Pilangrejo, mengungkapkan, memasuki musim kemarau, volume air di sumur dan sungai yang ada dekat permukiman warga mulai kering. Warga akhirnya mulai membuat bilik rembesan di sungai untuk memperoleh air.

Bagi warga yang punya uang, biasanya membeli air dari tetangga atau pihak swasta seharga Rp 2.000 per 30 liter. Kondisi ini terus terjadi setiap kali kemarau. Mulai Juli hingga September atau Oktober.

Kepala Bagian (Kabag) Kesra Setda Boyolali, Dadar Hawananto, anggaran untuk suplai air bersih tahun ini sama dengan tahun lalu. Hal ini berdasarkan tahun sebelumnya, anggaran Rp 105 juta mampu mensuplai bantuan air bersih yang diajukan masyarakat di daerah rawan kekeringan. ''Kita harap anggaran ini cukup,'' katanya.

Diperkirakan, mulai September kemungkinan masyarakat sudah mulai mengajukan permintaan air bersih. Mengingat, September sudah memasuki puncak musim kemarau. Pemkab siap melakukan droping air bersih, jika warga sudah mengajukan permohonan. ''Kami siap 24 jam. Begitu ada permointaan air bersih dari masyarakat yang kekurangai akan kami droping ke lokasi''.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement