REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kembali Indonesia menunjukkan kemampuannya bersaing dengan negara maju. Dunia semakin mengakui kelebihan Indonesia dalam menguasai produksi vaksin atas imunisasi dasar, khususnya untuk negara-negara berkembang.
Dari 57 negara yang tergabung Organization of Islamic Cooperation (OIC) atau Organisasi Kerja Sama Negara Islam (OKI), Indonesia-lah yang menjadi barometernya. Betapa tidak, melalui PT Bio Farma, lebih dari 50 persen kebutuhan vaksin dunia disuplai dari Indonesia. Produk vaksin buatan BUMN yang berdomisili di Kota Bandung itu telah beredar ke 123 negara.
PT Bio Farma pula yang menjadi pelopor gerakan kemandirian produksi vaksin pada negara-negara Islam dan negara berkembang. Gerakan ini merupakan wujud perlawanan sehat dari negara-negara Islam dan negara berkembang terhadap negara maju.
Untuk mencapai itu, mereka berbondong-bondong belajar dan meminta bantuan kepada PT Bio Farma. Setelah India, Thailand, dan Afrika Selatan, kini Tunisia yang mendatangi PT Bio Farma untuk menjadi kerja sama di bidang riset dan produksi vaksin.
Tunisia mewakilkan kepada Pasteur Institute of Tunis sebagai duta kerja sama itu. Rombongan dari Tunisia dipimpin oleh Senior Manager Pasteur Institute of Tunis Prof Louzir. Belum lama ini, mereka mendatangi PT Bio Farma untuk menandatangani nota kerja sama.
Dalam nota kesepahaman yang di tanda tangani oleh Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Iskandar dan Direktur Jendral Pasteur Institute of Tunis Prof Louzir disaksikan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Republik Indonesia, Maura Linda Sitanggang, serta Duta Besar dari kedua negara. Bio Farma akan membantu Pasteur Institute of Tunis dalam hal penyediaan tenaga ahli, transfer teknologi dan produk setengah jadi (bulk). Khususnya untuk pembuatan produk vaksin yang memenuhi program imunisasi dasar seperti BCG, DTP, Polio, Campak dan Hepatitis B. Dari pihak Pasteur Institute of Tunis, akan bersinergi dalam riset untuk penemuan vaksin baru
Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan OIC di Dubai, tahun lalu. Bagi Tunisia, kerja sama ini sangat dibutuhkan. Karena, hingga kini salah satu negara di Afrika Utara itu baru bisa memroduksi vaksin BCG dan rabbies. Sementara kebutuhan vaksin atas imunisasi dasar lainnya masih bergantung pada Indonesia.
‘’Kami akan transfer teknologi, tenaga ahli, bahan setengah jadi, hingga mereka bisa memroduksi final product,’’ ujar Corporate Secretary PT Bio Farma, M Rahman Rustan baru-baru ini. Pihaknya optimistis, kerja sama ini akan menopang proses kemandirian Tunisia dalam memenuhi kebutuhan vaksin dalam negerinya.
Bagi PT Bio farma, tentu akan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Tunisia, khususnya dalam proses riset. Paling tidak, PT Bio Farma bersama Tunisia akan melakukan riset dalam memroduksi vaksin corona dan mers yang menjangkit di negara-negara Timur Tengah.
Diakui Rahman, untuk mendapatkan hasil riset yang lebih akurat dan berkualitas, tentu tidak bisa hanya dilakukan oleh PT Bio Farma. Proses penelitian yang akan dilakukan PT Bio Farma bersama Tunisia, dipastikan akan membuahkan hasil yang lebih berkualitas.
Berbagi teknologi antarnegara OIC merupakan sebuah keharusan. Sebab, pihaknya memiliki agenda besar terhadap OIC. Paling tidak, negara OIC harus bebas dari penyakit menular dan mandiri dalam memroduksi vaksin.
Sebelumnya, India telah dinyatakan sebagai Negara bebas polio setelah menjalin kerja sama dengan PT Bio Farma. Begitu pun dengan Saudi Arabia, saat ini tengah meminta PT Bio Farma untuk mentransfer teknologi ke negaranya dalam hal produksi vaksin.
Rahman menegaskan, PT Bio Farma akan selalu terbuka diajak kerja sama oleh Negara OIC dan negara berkembang, dalam pengembangan vaksin. Menurut dia, PT Bio Farma tidak akan membiarkan penyakit menular berjangkit di negara lain. Karena, terjangkitnya penyakit menular pada warga lain, tetap memiliki potensi untuk menular ke warga Indonesia. ‘’Pada suatu waktu dan titik, mereka akan berinteraksi dengan warga Indonesia,’’ tandasnya. adv