REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sebanyak delapan peserta penyandang disabilitas atau orang cacat, yang mengikuti ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Universitas Negeri Medan, tanpa disediakan hurup braille.
"Seluruh peserta disabilitas itu, saat menjawab soal ujian SBMPTN, menggunakan kertas jawaban sama seperti yang dilakukan calon mahasiswa lainnya," kata Rektor Unimed, Prof Dr Ibnu Hajar di Medan, Ahad (22/6).
Menurut Rektor, meski Panitia SBMPTN tidak menyediakan bahan ujian berupa hurup braille, namun ada beberapa orang dosen yang ditugaskan mendampingi peserta disabiltas untuk membacakan naskah soal tersebut.
Kemudian peserta SBMPTN yang tuna netra itu (orang buta) itu, yang menjawab pertanyaan di kertas ujian. "Kebetulan peserta disabilitas ujian SBMPTN di Unimed, tidak dapat melihat dan wajar didampingi oleh seseorang yang telah dipercaya, hal ini juga terkait dengan tugas kemanusian," ucap Ibnu.
Dia menyebutkan, staf dosen yang dipercaya mendampingi peserta disabilitas tersebut, tidak dibenarkan menjawab soal SBMPTN, namun hanya sekadar membacakan pertanyaan.
"Dosen Unimed yang mendampingi peserta disabilitas itu, juga telah diberikan arahan oleh Rektor dan tidak mungkin macam-macam atau berbuat pelanggaran," kata Ibnu.
Dia mengatakan, jumlah peserta disabilitas yang mengikuti SBMPTN di Unimed tercatat delapan orang, dan salah seorang diantaranya adalah Fitri Nur Hasan (18). Calon mahasiswi itu, melaksanakan ujian di Gedung Olahraga (GOR) di Unimed.
"Peserta disabilitas Fitri Nur adalah mengalami cacat buta mata, namun tetap memiliki semangat yang cukup tinggi menjawab seluruh soal SBMPTN," kata orang pertama di Unimed itu.
Ujian SBMPTN Panlok 14 Unimed, Selasa (17/6) diikuti sebanyak 17.560 peserta dan terdiri dari 4.880 orang Kelompok Ujian Saintek, 7.740 orang Kelompok Ujian Sohum dan 5.011 orang Kelompok Ujian Campuran. Pengumuman hasil seleksi tanggal 16 Juli 2014 mulai pukul 17.00 WIB melalui laman www.sbmptn.or.id.