Ahad 22 Jun 2014 07:41 WIB

Duhh.. Kekerasan di Sekolah Diduga Membudaya

Rep: C78/ Red: Citra Listya Rini
Kekerasan di Sekolah (ilustrasi)
Foto: gabriellamagdalena.blogspot.com
Kekerasan di Sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga pendidikan seharusnya menjadi sarana belajar yang aman dan nyaman bagi peserta didiknya yang didominasi kalangan anak-anak. Sayangnya, peristiwa kekerasan di sekolah terus-menerus terjadi bahkan bergulir sejak lama.

"Kekerasan di sekolah sangat tinggi, pelakunya bukan hanya tenaga pendidik, tapi juga siswanya," kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto ketika dihubungi di Jakarta, Ahad (22/6).

Terkait budaya kekerasan di sekolah, Susanto bercerita baru-baru ini ada laporan kekerasan di sekolah yang mengakibatkan seorang siswa SMA di Jakarta tewas. Peristiwa tersebut terjadi setelah siswa tersebut mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pecinta alam.

Tewasnya siswa tersebut diduga karena mengalami kekerasan saat menjalani rangkaian kegiatan orientasi dari para seniornya. Berdasarkan data, lanjut Susanto pada 2012 kekerasan di sekolah sangat tinggi akibat kurangnya pengawasan dari pihak sekolah untuk mencegahnya.

Sekolah pada umumnya belum bisa menjamin siswa akan aman dan nyaman ketika melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Padahal adalah tugas kepala sekolah untuk menjamin sekolahnya masing-masing agar aman dari kekerasan. 

Selain itu, Susanto menekankan agar seluruh warga sekolah untuk mulai melakukan upaya preventif dalam pencegahan kekerasan. "Sistem sekolah belum kuat untuk melakukan itu," tambahnya.

Sistem senioritas yang menyulut kekerasan juga harus dihilangkan, diganti dengan budaya saling menghormati dan menyayangi antara senior dan juniornya.  Dengan pencegahan, Susanto berharap pemidanaan terhadap anak pelaku kekerasan sebagaimana amanat UU Perlindungan Anak, menjadi cara terakhir.

"Tapi kalau kasusnya pembunuhan, kita lihat saja nanti. KPAI masih menunggu proses hukum dari kepolisian," ujar Susanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement