Sabtu 21 Jun 2014 12:09 WIB

Hot Spot di Riau Meningkat

   Asap mengepul dari kebakaran lahan gambut di kawasan penyangga Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Selasa (1/4).  (Antara/FB Anggoro)
Asap mengepul dari kebakaran lahan gambut di kawasan penyangga Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Selasa (1/4). (Antara/FB Anggoro)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Riau makin nyata. Pada Sabtu (21/6) pukul 07.00 Wib berdasarkan pantauan satelit Terra-Aqua hotspot di Riau sebanyak 250 titik. Angka tersebut meningkat. Pada Jumat (20/6) hanya terdeteksi 80 hotspot.

Dari 250 hotspot tersebar di Rokan Hilir 157, Bengkalis 39, Dumai 16, Rokan Hulu 11, Pelalawan 9, Kampar 8, Inhil 5, Kuansing 4 dan Siak 1. Jarak pandang di Rengat 3 km, Pelalawan dan Dumai 6 km, dan Pekanbaru 8 km.

"Cuaca diperkirakan akan semakin kering. Hal ini akan dapat memicu meningkatnya hotspot," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB,  Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (21/6).

Ia mengatakan pola hotspot di Sumatera berdasarkan data tahun 2006-2013, hotspot dominan pada Juni – Oktober dengan puncak pada Agustus dan Oktober.

"Kunci mengatasinya adalah penegakan hukum. Lahan gambut jika sudah terbakar akan susah dipadamkan. Antisipasi lebih efektif dibandingkan pemadaman," katanya.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman terdahulu pula, ia menilai dampak kebakaran lahan dan hutan di Riau selalu besar. Sebagai ilustrasi kebakaran di Riau selama 26 Februari 2014 hingga 4 April 2014, kerugian ekonomi mencapai Rp. 20 triliun, 2.398 Ha cagar biosfer terbakar, 21.914 Ha lahan terbakar, 58.000 orang terserang ISPA, sekolah diliburkan, hampir 6 juta jiwa terpapar asap dan lainnya.

"Untuk mengatasi kebakaran itu, BNPB telah mengeluarkan Rp 134 milyar, mengerahkan 4.931 personil gabungan, 11 helicopter dan pesawat, dan lainnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement