Sabtu 21 Jun 2014 07:34 WIB

Indonesia Sulit Menjadi Tuan di Tanah Sendiri

Pasar Ramadhan
Foto: Antara
Pasar Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hanya kurang satu tahun ke depan, Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC). Konsekuensinya, nantinya arus barang dan jasa, investasi dan juga pasar tenaga kerja akan menjadi tanpa sekat di Asia Tenggara.

Pengusaha muda M Pradana Indraputra menyatakan, kondisi itu menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi Indonesia. Dari segi konsumen, kata dia, mungkin itu akan menguntungkan karena akan munculnya barang-barang dengan jumlah yang lebih banyak dan harga yang kompetitif. Sehingga, masyarakat bisa memiliki opsi lebih untuk memilih barang.

Dari segi produsen, lanjut dia, sesungguhnya Indonesia ada di posisi yang tidak terlalu menguntungkan. Pasalnya, bangsa ini akan pasar yang paling besar di antara negara di Asia Tenggara. "Indonesia lebih menjadi objek daripada subjek perdagangan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN," katanya dalam Simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia ASEAN, Jumat (20/6).

Menurut Pradana, berbicara soal penarikan investasi ke dalam negeri sesungguhnya menjadi hal yang menarik. Pasalnya, seharusnya Indonesia menjadi ladang investasi untuk bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Tetapi, menurut data World Bank di Doing Business Survey 2013, Indonesia berada di peringkat 120 dari 182 negara di dunia dalam kemudahan investasi memulai bisnis.

Karena itu, ia menyarankan pemerintah harus membenahi birokrasi agar investasi bisa mengucur ke Indonesia. Pradana juga mendorong kaum muda untuk bisa terus berkembang sehingga bisa bersaing dengan pemuda negara tetangga.

Mantan ketua Remaja Islam Masjid Cut Mutia (RICMA) itu mengatakan, pengangguran dengan diberlakukannya AEC seharusnya berkurang. Hanya saja, ia memprediksi, Indonesia akan sulit menjadi tuan di tanah sendiri.

"Diperkirakan banyak pemuda Indonesia hanya bisa mencapai low middle level management, dan top level management direbut oleh pemuda asing karena dari peringkat universitas sendiri Indonesia jauh dari universitas top di Malaysia, Singapura dan Thailand," ujarnya.

Kendati begitu, ia menyebut, AEC sudah tidak dapat dielakkan lagi. Yang menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi pemuda Indonesia adalah mempersiapkan diri untuk bersaing dengan orang asing. "Dan, yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah adalah membantu unit usaha untuk bisa bersaing dengan usaha negara lain, baik skala kecil, menengah, dan besar."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement