REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Resources Studies (Iress) menggelar seminar bertajuk Solusi Permasalahan Energi Nasional di Gedung Nusantara V MPR RI, Kamis (19/6). Seminar bertujuan memaparkan visi-misi dari kedua kandidat capres-cawapres yang diwakili masing-masing tim sukses.
"Indonesia punya banyak masalah sektor energi. Kami berharap ada program-program yang konkret untuk pemerintah yang akan datang," kata Direktur Eksekutif Iress, Marwan Batubara mengawali seminar.
Masalah pokok pada semakin meningkatnya kebutuhan energi di Indonesia menjadi 7 persen per tahun. Di samping suplai energi yang didominasi dari energi fosil ketimbang energi terbarukan.
Masalah energi berdasarkan kajian Iress terjadi di sektor minyak dan gas (migas), batubara, panas bumi, bahan bakar minyak (BBM), kilang BBM, listrik, dan energi surya.
Pada sektor migas, regulasi dinilai sangat liberal dan open acces terhadap pihak asing. Selain itu, penemuan cekungan minyak masih rendah baru 38 titik dari total 128 titik. Infratruktur gas masih terbatas dan pembangunan stagnan. "Alokasi gas juga bermasalah, masih berorientasi pada ekspor," imbuh Marwan.
Di sektor batubara, tata kelola dinilai sangat buruk dan dianggap sebagai komoditas ekspor. Sedangkan sektor panas bumi kurang diminati pihak investor.
"Sekitar 80 persen subsidi BBM tidak tepat sasaran sehingga kemiskinan masih tinggi, menimbulkan defisit perdagangan dan berpotensi krisis ekonomi," tambah Marwan.
Di samping itu, permasalahan kilang BBM yang belum berproduksi maksimal dari kapasitas satu juta barel hanya berproduksi 700 ribu barel per hari. Dari berbagai masalah itu, Marwan menilai pemerintah perlu visi, kebijakan, roadmap, blue print dan program-program yang komprehensif.
Dalam seminar itu, timses pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa diwakili Kardaya Wamika. Sedangkan Darmawan Prasojo sebagai timses kandidat Joko Widodo-Hatta Rajasa. Acara dihadiri pula akademisi dari Universitas Gajah Mada, Tumiran dan Direktur Eksekutif CORE, Hendri Saparini.