REPUBLIKA.CO.ID, BANGLI -- Para petani di Desa Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, lebih memilih menanam kopi jenis arabika dibandingkan robusta untuk menyesuaikan kondisi alam yang sejuk.
"Sinar matahari di Kintamani juga tidak berlebihan," kata Nyoman Saka, petani asal Kintamani, Rabu.
Petani di lereng Gunung Batur itu menerapkan sistem "tumpang sari", yaitu menanam kopi di sela-sela pohon jeruk.
Pemilihan bibit unggul dan perawatan yang maksimal juga menjadi perhatia agar hasil panennya benar-benar memuaskan.
Putu Arkaya petani kopi di Kintamani menyebutkan bahwa satu hektare lahan pertanian di desanya bisa ditanami 1.000 pohon kopi yang satu pohonnya bisa menghasilkan 3-5 kilogram biji kopi.
"Pada saat musim panen, harga jual biji kopi kering bisa mencapai Rp5.500 setiap kilogram," ujarnya.